[ad_1]
Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh penyiar radio dan influencer Gofar Hilman. Ternyata, kasus tersebut tak hanya terjadi satu kali saja melainkan beberapa kali selama beberapa tahun terakhir.
Awal mula kasus ini terungkap adalah lewat utas dari seorang pengguna Twitter dengna akun @quweenjojo yang mengungkapkan pelecehan seksual yang diterimanya dari Gofar Hilman. Menurut sang pembuat utas tersebut, dirinya bukanlah satu-satunya korban.
Artikel Terkait: Mengapa Pelecehan Seksual Jarang Dipolisikan? Ini Sebabnya
Posko Pengaduan Dugaan Pelecehan Seksual Gofar Hilman Dibuka
Buntut dari utas yang menjadi trending topic di jagat maya itu, Gofar Hilman meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan atas perbuatannya. Meskipun begitu, ia membantah telah melakukan tindakan pelecehan seksual. Ia pun berniat membawa masalah ini ke jalur hukum.
Atas dasar pertimbangan, masih banyak potensi korban Gofar Hilman lainnya yang masih belum berani bersuara, LBH APIK Jakarta dan SAFEnet bekerja sama untuk membuka posko pengaduan.
Melansir Kompas, posko pengaduan dugaan pelecehan seksual ini dibuat sebagai wadah untuk menguatkan sesama korban, memberikan pendampingan hukum, konseling psikologi, serta keamanan digital jika diperlukan.
LBH APIK Jakarta melalui rilis persnya juga menyayangkan pernyataan Gofar yang akan membawa masalah ini ke meja hijau. Menurut pihak mereka, kerap kali korban pelecehan atau kekerasan seksual akan mendapatkan berbagai hambatan dalam proses kasus yang dialami mereka.
Artikel Terkait: Cara Mendeteksi Anak Mengalami Pelecehan Seksual, Catat Ya!
Contohnya, perilaku kekerasan seksual seringkali dianggap tidak bersalah hingga ada bukti yang konkrit. Padahal, kekerasan seksual cenderung sulit untuk dibuktikan karena biasanya terjadi di ruangan tertutup atau tidak ada saksi.
Kejadian pun umumnya berlangsung secara cepat sehingga korban tak bisa mengumpulkan atau menyimpan barang bukti dari tempat kejadian perkara.
Tak hanya itu, korban juga bisa saja mengalami tonic immobility yakni tak dapat melawan pelaku sehingga dianggap menerima perlakuan tersebut. Padahal, korban sesungguhnya mengalami trauma dan butuh waktu untuk memproses pengalamannya tersebut.
Hingga 17 Juni 2021, LBH Apik Jakarta sudah menerima 8 laporan yang terkait pelecehan seksual yang dilakukan oleh Gofar Hilman.
“Demi menjaga keamanan korban, semua aduan yang masuk akan dijaga kerahasiannya. Misal dengna pengaburan identitas dan detil cerita, kecuali korban memutuskan sebaliknya.” Pihak LBH APIK Jakarta menyatakan.
Mencegah Pelecehan Seksual pada Anak yang Bisa Orangtua Lakukan
Berkaca pada kasus dugaan pelecehan Gofar Hilman tersebut, kita tahu bahwa pelecehan seksual dapat terjadi kepada siapa saja. Baik perempuan, laki-laki, orang dewasa, hingga anak-anak. Oleh karena itu, sebagai orangtua, Parents harus memberikan bekal kepada anak-anak untuk mencegah pelecehan seksual.
Dikutip dari Child Mind Institute, menurut penelitian yang dilakukan oleh CDC memperkirakan ada 1 dari 6 anak laki-laki dan 1 dari 4 anak perempuan yang pernah mengalami pelecehan seksual sebelum usia 18 tahun.
Selain itu, sebagian besar kasus pelecehan atau kekerasan seksual dilakukan oleh orang yang dikenal dekat oleh keluarga maupun anggota keluarga itu sendiri. Menurut Departemen Kehakiman Amerika Serikat, hanya 10% pelaku pelecehan seksual yang adalah orang asing bagi anak.
Banyak sekali dampak negatif yang dapat timbul dari pelecehan seksual pada anak, seperti apapun bentuknya. Hal ini dapat berpengaruh pada psikologis, fisik, serta kemampuan anak untuk bersosialisasi.
Sedini mungkin, kita dapat mengajarkan kepada anak mengenai pendidikan seksual.
Banyak yang salah kaprah mengenai pengertian dari pendidikan seksual untuk anak yang dianggap mengajari hal-hal yang tabu seperti hubungan seksual dan lain sebagainya. Padahal, pendidikan seksual bagi anak bertujuan untuk melindungi dirinya sendiri.
Berikut adalah beberapa hal sederhana yang bisa diajarkan kepada si kecil.
1. Ajak Anak untuk Mengenal Anggota Tubuhnya
Hal paling sederhana yang dapat diajarkan pada si kecil adalah untuk mengenal anggota tubuh miliknya. Organ intim, seperti penis dan vagina adalah bagian dari anggota tubuh yang sama dengan yang lainnya.
Seringkali orangtua merasa tabu membahas mengenai organ intim karena anak dianggap masih kecil. Padahal, penting bagi si kecil untuk mengenal tubuhnya sendiri. Biasakan untuk menyebut penis dan vagina dengan nama aslinya agar anak pun tidak merasa canggung atau malu jika membahas mengenai tubuhnya.
2. Ajarkan Anak Mengenai Bagian Tubuh yang Bersifat Pribadi
Pendidikan seksual yang bisa diajarkan sejak dini kepada anak adalah pengertian bagian tubuh mana yang bersifat ‘pribadi’ dan tidak boleh disentuh oleh orang lain.
Gunakan konsep Underwear Rule, yaitu bagian tubuh yang tertutup pakaian dalam adalah area yang tak boleh sembarangan disentuh orang lain. Ajarkan pula pada anak untuk tidak menyentuh bagian tubuh milik orang lain. Dalam mengajarkan hal ini, Parents yang beragama Islam juga bisa menggunakan konsep ‘aurat’ untuk bagian tubuh yang bersifat pribadi.
Parents juga bisa membantunya mengenali mana sentuhan yang buruk atau kurang pantas, dan mana sentuhan yang baik.
Artikel Terkait: Inilah Panduan Pendidikan Seksual untuk Anak Menurut UNICEF dan WHO
3. Berikan Pemahaman Mengenai Batasan
Anak harus paham mengenai batasan, hal mana yang bisa ditolerir dan yang tidak. Beri tahu anak tidak ada yang boleh menyentuh bagian tubuhnya yang bersifat pribadi atau menyuruhnya menyentuh orang lain.
Faktanya, pelecehan seksual seringkali dimulai dengan pelaku meminta anak untuk menyentuh tubuh mereka atau orang lain.
4. Beri Tahu Anak Cara Keluar dari Situasi yang Tidak Nyaman
Ada beberapa anak yang tidak bisa mengatakan ‘tidak’ kepada orang lain, terutama teman sebaya atau orang dewasa. Parents, beri tahu mereka bahwa tidak apa-apa mengatakan ‘tidak’ kepada suatu hal yang membuat mereka tidak nyaman, meskipun itu pada orang dewasa.
Bantu anak untuk mengenali situasi yang ‘salah’ dan cara untuk keluar atau pergi dari situasi tersebut. Misalnya, jika ada seseorang yang meminta anak Anda untuk memperlihatkan bagian pribadinya, anak dapat mengatakan tidak dan permisi untuk pergi ke tempat lain yang lebih ramai dan aman.
***
Untuk mencegah pelecehan maupun kekerasan seksual pada anak, penting bagi orangtua untuk memiliki hubungan serta komunikasi yang baik dengan sang buah hati. Jadilah terlibat dalam kehidupan sang anak.
Berikan perhatian pada kehidupan sehari-hari anak, seperti mengetahui apa saja kegiatannya, mengenal orang-orang di lingkungan sekitarnya, dan jadilah pendengar yang baik.
Menurut penelitian, ketika seseorang tahu bahwa mereka akan didengar atau diangggap secara serius, maka keberanian untuk berbicara jika ada ketidaknyamanan akan muncul.
Terlibat secara aktif dalam kehidupan anak dapat membuat tanda-tanda peringatan adanya pelecehan seksual menjadi lebih jelas. Maka dari itu, penting pula untuk mengenali tanda-tanda pelecehan pada anak. Selain itu, anak pun akan merasa lebih nyaman untuk datang kepada orangtuanya jika ada sesuatu yang tidak beres.
Itulah berita seputar buntut kasus pelecehan Gofar Hilman dan beberapa hal yang dapat Parents lakukan dan ajarkan kepada anak agar hal serupa tidak terjadi. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
***
Baca Juga:
Kasus Kakek Cabuli Cucu, Ini 4 Alasan Kekerasan Seksual Dilakukan Orang Terdekat
3 Tanda kekerasan seksual pada anak yang wajib Parents tahu
Refleksi dari kasus Saipul Jamil, ini 15 cara melindungi anak dari pelecehan seksual
[ad_2]