[ad_1]
Tumbuh dalam keluarga yang disfungsional memang dapat menimbulkan luka batin dalam diri kita yang akan senantiasa terbawa secara tidak sadar hingga dewasa. Tak sedikit orang yang tumbuh membawa luka dari masa lalu. Bagaimana penjelasan soal anggapan keluarga sumber luka batin ini?
Parents termasuk orang yang beruntung jika lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang harmonis. Namun sayangnya, tak sedikit pula mereka yang tumbuh dalam keluarga yang disfungsional. Ketika dewasa, tak jarang pula mereka mengulangi pola yang sama dengan masa lalunya kepada keluarga dan anak-anaknya.
Jika sudah penah mengalami masa lalu yang pahit, tentu Parents tak ingin anak atau buah hati kita mengalami hal yang sama. Lalu bagaimana cara untuk mencegahnya?
Artikel Terkait: Inner Child dalam Diri Bisa Menimbulkan Luka, Bisakah Disembuhkan?
Ciri Keluarga Disfungsional yang Bisa Menjadi Sumber Luka Batin
Mengutip dari kanal YouTube “Tanya Verauli”, Psikolog Roslina Verauli., M.Psi., Psi memberikan penjelasan soal keluarga sumber luka batin ini. Menurutnya, keluarga yang disfungsional bisa memberikan dampak negatif pada perkembangan emosional anak yang tumbuh dalam lingkungan tersebut.
Apa itu keluarga disfungsional? Sebuah keluarga dikatakan disfungsional jika anggota keluarganya gagal untuk menjalankan perannya masing-masing. Misalnya ayah tidak bisa menafkahi keluarga, ibu tidak bisa menjalankan tugasnya menjadi pelindung emosional anak, dan lain sebagainya.
Berikut adalah ciri-ciri dari keluarga yang disfungsional.
- Ayah dan ibu gagal menjalankan perannya
- Ada kekerasan fisik, emosional, dan/atau seksual
- Anak mendapatkan model perilaku yang buruk
- Orangtua tidak mampu menafkahi keluarga
- Anak diandalkan untuk menafkahi keluarga atau bertanggung jawab atas anak-anak lainnya
- Komunikasi dalam keluarga sangat negatif
- Hubungan dalam keluarga cenderung destruktif, menghancurkan harga diri anak
Anak memang tak bisa memilih mau dilahirkan di keluarga yang seperti apa dan diasuh oleh orangtua yang bagaimana. Tumbuh dalam keluarga disfungsional ini tidaklah mudah. Perilaku abusif, kasar, pengabaian, hingga model perilaku yang buruk sering kali membuat anak ingin segera pergi meninggalkan keluarganya.
Artikel Terkait: Unwanted Child Akibat Hamil Tak Direncanakan Ganggu Mental Anak, Hati-Hati!
Dampak Keluarga Disfungsional untuk Anak
Menurut penelitian, semakin anak menghayati pola keluarga disfungsional ini sebagai hal yang normal, maka dapat berdampak negatif terhadap anak seperti berikut ini.
- Ketika dewasa tidak tepat dalam memilih pasangan, sehingga memilih pasangan yang cenderung abusive
- Meniru cara berkomunikasi dalam keluarga dan cara mengasuh anak seperti masa lalunya
- Bermasalah dalam menghargai diri
- Kesulitan membangun relasi bersama orang lain di sekitarnya
Kekerasan fisik dan emosional yang diterima anak dapat menghancurkan harga dirinya dari dalam, meruntuhkan ego, serta melemahkan penghayatan cinta dan seksualitas sejak dini.
Artikel Terkait: Middle Child Syndrome, Masalah Psikologis yang Kerap Dialami Anak Tengah
Berada dalam Keluarga Disfungsional, Apa yang Harus Kita Lakukan?
Psikolog Roslina Verauli menegaskan bahwa latar belakang dan masa lalu tidak dapat menentukan masa depan kita. Agar tidak mengulangi pola yang sama dengan keluarga yang disfungsional di masa lalu, ada beberapa hal yang perlu Parents perhatikan.
1. Sadari Pola Disfungsional di Keluarga
Hal pertama yang harus dilakukan adalah Parents perlu menyadari pola disfungsional dalam keluarga dan sadar bahwa hal tersebut bukanlah hal yang wajar atau bisa dimaklumi.
2. Tentukan Batasan
Penting untuk menentukan batasan hal mana yang masih bisa Anda terima dan mana yang sudah tidak bisa ditoleransi atau butuh ditangani dengan segera. Parents harus mengetahui dampak luka emosional dan bagaimana cara keluar dari zona disfungsional tersebut.
3. Bangun Relasi dengan Keluarga Besar
Jika tak bisa berharap banyak pada keluarga inti, pertimbangkanlah untuk membangun relasi dengan keluar besar, misalnya paman, bibi, saudara, dan lain-lainnya. Pastikan untuk memiliki tempat berbagi yang bisa dipercaya dan diandalkan serta memberikan pandangan objektif.
4. Belajar Memahami Apa yang Terjadi dengan Keluarga
Parents juga perlu memahami apa sebenarnya yang terjadi dengan keluarga, apa yang menyebabkannya menjadi disfungsional. Memahami akar pola disfungsional akan memudahkan untuk berempati.
5. Miliki Support System
Belajarlah untuk membangun rasa percaya terhadap orang di sekitar yang bisa dipercaya jika pola keluarga bukanlah pola yang wajar. Support system dapat berupa keluarga, sahabat, maupun pasangan. Bantulah diri untuk menceritakan beban emosional dari masa lalu kepada mereka.
6. Cari Bantuan
Jika dampak dari disfungsional benar-benar negatif, maka segeralah cari bantuan. Kunjungi psikolog klinis terdekat dan minta bantuan.
Verauli menyebut bahwa kesadaran atas pola yang keliru, support system, dan bantuan dari profesional dapat membantu Parents untuk mengatasi pengalaman buruk di masa lalu menghantui masa yang akan datang.
Itulah penjelasan soal keluarga yang bisa menjadi sumber dari luka batin. Semoga informasi ini dapat bermanfaat.
Baca Juga:
‘Merdeka’ dari Luka Lama, Mengasuh dengan Lebih Baik dan Penuh Cinta
5 Kebiasaan ini ternyata bisa mempermalukan anak, apakah Parents melakukannya?
Trauma Masa Kecil Mempengaruhi Kesehatan Saat Dewasa
[ad_2]