[ad_1]
Suara-Pembaruan.com – Pola dan kebiasaan hidup bertransportasi menggunakan kendaraan pribadi ternyata berkorelasi langsung dengan permasalahan kesehatan dan kualitas hidup. Kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda motor membuat masyarakat cenderung kurang bergerak.
Akibatnya, masyarakat urban mudah dihinggapi penyakit noninfeksi misalnya diabetes, stroke, jantung. Dampak lain dominannya penggunaan kenderaan pribadi adalah semakin memburuknya kualitas udara.
“Untuk itulah kami sangat berterima kasih kepada Kemenkes (Kementerian Kesehatan) atas sinerginya dalam Gerakan Jalan Hijau. Program Kemenkes, yaitu Germas atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat secara substantif sejalan dengan Gerakan Jalan Hijau,” ,” ujar Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana B. Pramesti saat acara Virtual Event Kampanye Jalan Hijau Achievement Award 2021 di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Hadir juga dalam Virtual Event Kampanye Jalan Hijau Sekretaris Jenderal Kemenkes drg. Oscar Primadi.
“Gerakan Jalan Hijau ini secara langsung maupun tidak langsung juga dapat mendukung Germas, sehingga kami berharap kerjasama diantara dua sektor ini dapat terus berlangsung di masa mendatang,” kata Polana lagi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi menyambut baik ajakan BPTJ Kementerian Perhubungan untuk bersinergi dan berkolaborasi mengkampanyekan Gerakan Jalan Hijau.
Menurutnya, hasil Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan ketidakaktifan fisik di Indonesia meningkat menjadi 33,5% seiring dengan peningkatan angka obesitas menjadi 21,8%.
Ketidakaktifan fisik memicu peningkatan kejadian penyakit tidak menular. Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia pada tahun 2018 juga meningkat, di antaranya kanker meningkat dari 1,4% menjadi 1,8%, diabetes meningkat dari 1,5% menjadi 2,0%, stroke meningkat dari 7,0% menjadi 10,9% dan hipertensi 8,4%.
Ketidakaktifan fisik akan memicu masalah kesehatan masyarakat yang lebih besar.
Polana juga mengatakan seandainya masyarakat mau mengubah pola transportasinya dari naik kendaraan pribadi beralih menggunakan angkutan umum massal dan pemanfaatan berjalan kaki serta bersepeda / Non-Motorized Transportation (NMT) atau yang disebut sebagai Gerakan Jalan Hijau bukan hanya akan membuat ancaman berbagai penyakit noninfeksi bisa diminimalisir, tetapi juga menciptakan kondisi ramah lingkungan.
“Oleh karena itulah, agar Gerakan Kampanye Jalan Hijau lebih mudah diterima publik, BPTJ memandang perlu untuk mensinergikannya dengan isu-isu publik lainnya seperti isu kesehatan yang erat kaitannya dengan permasalahan transportasi perkotaan,” tutur Polana.
Kualitas hidup masyarat Jabodetabek, kata Polana, memang sangat terkait dengan kualitas udara. Data menyebut kualitas udara Jakarta dan daerah sekitarnya cenderung buruk bahkan beberapa kali menempati ranking atas dibanding kota-kota lain di dunia.
Sementara itu transportasi menyumbang sekitar 40 % atas buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya. Dengan semakin banyak masyarakat Jabodetabek yang berpindah ke angkutan umum massal dan memanfaatkan non motorized transportation secara langsung ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya.
Lebih lanjut, Oscar menambahkan bahwa masyarakat harus melakukan perubahan pola perilaku untuk mengantisipasi masalah kesehatan ini. Inpres nomor 1 tahun 2017 tentang Germas merupakan kebijakan pemerintah yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat berperilaku sehat melalui aktivitas fisik, gizi seimbang, perilaku hidup bersih dan sehat, lingkungan sehat, serta pencegahan dan deteksi dini penyakit.
Implementasi Germas membutuhkan keterlibatan lintas sektor untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, dapat hidup produktif dan terhindar dari Covid-19.
“Saya menyambut baik upaya Kampanye Jalan Hijau yang mendorong semaksimal mungkin masyarakat berpindah dari kendaraan (bermotor) pribadi ke angkutan umum massal dan berjalan kaki sejalan dengan upaya Pembudayaan Aktivitas Fisik dalam Kampanye Germas yang tertuang dalam Inpres No 1 tahun 2017. Hal ini merupakan bukti sinergi dan kolaborasi antar instansi pemerintahan,” ujar Oscar.
BPTJ Kementerian Perhubungan dalam kesempatan virtual event ini juga memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para stakeholder yang telah berperan aktif memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas bersepeda dan berjalan kaki sebagai realisasi Non-Motorized Transportation (NMT).
Mereka yang mendapatkan apresiasi, yaitu Bike to Work Indonesia; Koalisi Pejalan Kaki; Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPPB); PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI); PT Mass Rapid Transit (PT MRT Jakarta); PT LRT Jakarta; PT Transportasi Jakarta; Operator JRConnexion (Perum PPD, PT Eka Sari Lorena Transport, PT Sinar Jaya Megah Langgeng, PT Wifend Darma Persada, PT Royal Wisata Nusantara); serta Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
[ad_2]