[ad_1]
Suara-Pembaruan.com – Menteri Sosial, Tri Rismaharini pada (26/3) mendapati seorang perempuan yang tengah tidur di pinggir jalan kawasan Petojo, Jakarta Pusat. Dengan sifat keibuan dan kelembutan Mensos Risma, Tati bersedia mendapatkan layanan di Balai milik Kementerian Sosial. Tak berselang lama saat dijumpai, Tati usia 34 tahun, perempuan berpenampilan maskulin ini dibawa ke Balai Karya “Mulya Jaya” Jakarta oleh Tim Reaksi Cepat Kementerian Sosial.
Diterima oleh Koordinator Seksi Asesmen dan Advokasi Sosial, Agung Santoso, Tati langsung menjalani registrasi dan asesmen oleh Pekerja Sosial.
Dengan tujuh bersaudara dan menjadi anak bungsu, Tati merupakan anak yang paling disayangi oleh orang tuanya. Mereka pernah tinggal di salah satu tanah milik PT. Kereta Api Indonesia dibilangan Jakarta Barat. Namun naas karena mengalami kebakaran dan ibunya meninggal, satu per satu anggota keluarganya berpindah tempat tinggal, ada yang di jalan, ada yang menjadi pemulung, dan ada juga yang menumpang tinggal di tanah milik orang lain.
Semenjak merasa kehilangan ibunya yang teramat dalam terlebih ditinggal tanpa kejelasan oleh suaminya, ia lebih banyak bergaul dijalan dengan komunitas jalanan. Surat- surat legalitas seperti KTP, Kartu Keluarga, dan kartu BPJS kesehatan, hilang saat ia menempati pinggiran Kali Cideng Jakarta Pusat.
Selain itu, nampak mata sebelah kirinya bermasalah dan Tati mengeluh matanya sakit sejak dua bulan yang lalu. Kemudian Pekerja Sosial, Dwi Ana Sofianti merekomendasikan agar Tati segera mendapatkan layanan kesehatan karena dikhawatirkan akan semakin parah jika terus dibiarkan.
Pukul 10.00 WIB, Dwi Ana bersama perawat Balai Karya “Mulya Jaya”, Ihda Ulfia membawa Tati ke Poli Mata Rumah Sakit Harapan Bunda.
Ihda menjelaskan penuturan dokter bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat infeksi pada bola mata Tati yang diakibatkan oleh cairan kimia yang tidak sengaja masuk ke mata dari cat silver yang setiap hari menutupi seluruh tubuhnya.
“Saran dokter, mata Tati harus segera diangkat melalui operasi agar tidak menyebar dan membahayakan kesehatannya Bu”, kata Ihda.
Setelah dari Rumah Sakit, Dwi Anna beserta tim melanjutkan tracing keluarga Tati yang tinggal di pinggiran kali dekat gedung Kementerian Agama. Bertemu dengan kakak Tati, Yuni sangat kaget melihat adiknya diberikan perhatian oleh Kementerian Sosial.
“Saya berterimakasih kepada Kementerian sosial melalui Balai Mulya Jaya karena telah membantu adik saya untuk bisa dioperasi. Saya tidak punya uang untuk membayar operasinya sementara anak saya banyak masih kecil-kecil. Saya siap untuk mendampingi adik saya bila dibutuhkan”, ujar Yuni lirih berlinang air mata.
Selanjutnya tim bergerak ke rumah ketua RT di Kelurahan Jatipulo, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat dimana Tati pernah tinggal guna mencari data diri dan surat penting lainnya.
Bertemu dengan Abdul Jamil selaku ketua RT, ia mengungkapkan bahwa Tati sudah dianggap seperti keluarganya sendiri.
“Tati ini sudah seperti anak saya sendiri, saya berharap setelah ini Tati bisa berubah agar hidupnya lebih teratur. Terimakasih Kementerian Sosial sudah sangat membantu”, ungkap Abdul Jamil.
Dilokasi tersebut pun Tati bertemu dengan kakak perempuannya Erni dan kakak laki-lakinya Sapi’i.
“Kami selalu berdoa agar adik saya ada yang membantu untuk operasi mata dan bisa berubah pola hidupnya mungkin ini jawaban Allah”, kata Erni.
Pertemuan keluarga ini membuat Tati begitu senang yang selama ini tidak pernah bertemu karena kondisi mereka yang serba dalam kesulitan. Melalui pertemuan ini, Tati menjadi lebih kuat dan lebih bersemangat untuk menata kembali kehidupannya karena dukungan dari keluarganya.
Untuk penanganan lebih lanjut, selain mendapatkan layanan di Balai, Balai Karya “Mulya Jaya juga akan mengupayakan penyembuhan mata Tati yang harus segela menjalani operasi. SH/R
Sumber Humas Balai Karya “Mulya Jaya” Di Jakarta
[ad_2]