[ad_1]
Suara-Pembaruan.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menilai Indonesia mempunyai posisi tawar (bargaining position) yang kuat karena menjadi salah satu produsen nikel terbesar dunia. Posisi tawar yang kuat itu, Indonesia memiliki hak untuk berkembang dan bekerja sama yang saling menguntungkan.
Hal ini diungkapkan oleh Luhut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, 18 Juni 2021. Atas potensi itu, Pemerintah Indonesia pun tengah mendorong investasi pada hilirisasi produk turunan nikel untuk memproduksi baterai kendaraan listrik.
“Dengan ini (potensi Nikel) yang besar kita lihat bahwa Indonesia punya bargaining position yang kuat,” katanya
Luhut menyampaikan hal tersebut saat memberikan ceramah dalam Pembekalan Kunjungan Lapangan Isu Strategis Nasional Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) ke-61, Kamis (17/6).
Menurut dia, dengan posisi tawar yang kuat itu, Indonesia memiliki hak untuk berkembang dan bekerja sama yang saling menguntungkan.
Dalam paparan yang disampaikan secara virtual, Luhut pun menyebutkan bahwa pada tahun 2025, Indonesia diproyeksikan memasok 50 persen pasokan nikel dunia, dibandingkan dengan 28 persen pada tahun 2020.
“Produksi nikel Indonesia akan meningkat dengan adanya smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan mulai beroperasi pada 2021 yang akan menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP),” katanya.
Selain nikel, Luhut juga menyinggung soal investasi hilirisasi bauksit. Ia menyebutkan beberapa kawasan industri yang mengembangkan produk turunan nikel dan bauksit. Ke tujuh kawasan tersebut diantaranya kawasan Galang Batang dengan nilai total investasi sebesar 2,5 miliar dolar AS (target operasi tahun 2021); kawasan industri Morowali Utara dengan nilai total investasi sebesar 4,19 miliar dolar AS (target operasi pada kuartal keempat tahun 2021); dan kawasan industri Tanah Kuning dengan nilai total investasi yang akan dikucurkan secara bertahap sebesar 60 miliar dolar AS (target operasi tahun 2022).
Selain kawasan-kawasan itu, menteri juga menyebutkan nilai investasi di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan Indonesia Weda Bay Industrial Park yang masing-masing sebesar 10 miliar dolar AS. Dengan membangun kawasan industri yang terintegrasi, menurut dia, ongkos produksi akan menjadi semakin muran.
“In the end, cost (Pada akhirnya, biaya) kita jadi sangat murah, otomatis harga jual nikel olahan kita jadi bersaing sehingga China menerapkan kebijakan dumping ke Indonesia,” jelasnya.
Luhut menambahkan, pemerintah saat ini fokus pada lima hal, yakni hilirisasi sumber daya alam (SDA), pengembangan baterai lithium, sektor kesehatan, infrastruktur konektivitas maritim dan penurunan emisi karbon. (red/pen)
[ad_2]