[ad_1]
Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan pada Sabtu (2/12) bahwa partisipasi Brazil dalam kelompok negara-negara produsen minyak OPEC+ adalah untuk meyakinkan negara-negara tersebut agar beralih dari penggunaan bahan bakar fosil.
Brazil mengindikasikan pada Kamis bahwa negara sedikit lagi akan bergabung dengan OPEC+, sebuah kelompok yang terdiri dari 23 negara produsen minyak.
“Saya pikir penting bagi kita untuk ikut serta dalam OPEC+ karena kita perlu meyakinkan negara-negara produsen minyak bahwa mereka perlu bersiap untuk akhir dari bahan bakar fosil,” ujar Lula di COP 28, konferensi perubahan iklim PBB di Dubai.
“Persiapan berarti menggunakan uang yang mereka peroleh untuk berinvestasi sehingga benua seperti Afrika dan Amerika Latin dapat memproduksi bahan bakar terbarukan yang mereka butuhkan, terutama hidrogen hijau,” tambahnya.
Setelah komentar Lula tersebut, Menteri Energi dan Pertambangan Brazil Alexandre Silveira berbicara di media sosial mengenai masalah ini.
“Kami akan memimpin negara-negara produsen minyak untuk mempercepat transisi energi. Di bawah kepemimpinan Presiden Lula, kami ingin menggunakan pendapatan minyak untuk mendanai energi bersih dan terbarukan,” katanya.
Silveira mengisyaratkan pada Kamis bahwa negara tersebut akan menerima undangan untuk bergabung dengan OPEC+.
Brazil adalah produsen minyak terbesar di Amerika Selatan, dengan produksi minyak dan gas sebesar 4,6 juta barel per hari (bph), di mana 3,7 juta bph di antaranya adalah minyak mentah.
Partisipasi potensial Brazil dalam kelompok yang dapat menentukan pemangkasan produksi minyak oleh anggotanya akan kontroversial, mengingat bahwa negara ini adalah ekonomi pasar, dengan beberapa perusahaan, seperti perusahaan minyak milik negara Petrobras terdaftar di bursa saham.
Namun, Brazil diperkirakan tidak akan membatasi produksi minyak sebagai bagian dari OPEC+, kata tiga sumber kepada Reuters dalam laporan yang diterbitkan pada Kamis. [ah/ft]
[ad_2]