[ad_1]
Macy’s, pusat perbelanjaan terkemuka di Amerika Serikat yang telah mengalami masalah keuangan selama bertahun-tahun, mengumumkan bahwa mereka menolak tawaran akuisisi senilai $5,8 miliar (sekitar Rp90 triliun), dengan alasan adanya keraguan terhadap kemampuan calon investornya untuk membiayai akuisisi tersebut.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (21/1), Macy’s, yang juga memiliki jaringan toko Bloomingdale’s, mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima “proposal yang tidak diminta dan tidak mengikat dari Arkhouse Management dan Brigade Capital Management” untuk mengakuisisi seluruh saham perusahaan Macy’s yang beredar dengan harga $21 (Rp328.000) per lembar secara tunai pada 1 Desember 2023.
Spekulasi mengenai kesepakatan senilai $5,8 miliar itu telah beredar sejak surat kabar Wall Street Journal pertama kali melaporkannya Desember lalu. Namun, Macy’s menyatakan bahwa proposal tersebut “tidak menjadi alasan untuk menandatangani perjanjian kerahasiaan (NDA)” dengan Arkhouse dan Brigade.
Dalam sebuah surat yang diterima Arkhouse dan Brigade, CEO Macy’s Jeff Gennette mengatakan bahwa ia “benar-benar ragu” akan kemampuan kedua perusahaan itu untuk mendanai kesepakatan tersebut.
Arkhouse mengonfirmasi penawaran tersebut dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Minggu (21/1). Mereka menambahkan bahwa penawaran kepada Macy’s itu berupa premi yang berjumlah hampir 57% di atas harga saham rata-rata 30 hari, yang telah disesuaikan pada 30 November 2023.
“Kami mungkin akan menaikkan penawaran secara lebih signifikan dari proposal awal kami jika kami memperoleh akses ke uji tuntas (due diligence),” ujar manajer kemitraan Arkhouse, Gavriel Kahane dan Jonathon Blackwell, dalam pernyataan tersebut.
“Kami yakin akan kesuksesan jangka panjang Macy’s, namun kami juga yakin bahwa potensinya hanya akan terwujud jika Macy’s menjadi perusahaan swasta,” tambah mereka.
Harga saham Macy’s ditutup naik lebih dari 3,5% pada Senin (22/1) setelah berita itu dipublikasikan.
Pusat perbelanjaan seperti Macy’s telah mengalami penurunan kinerja selama bertahun-tahun karena semakin banyak konsumen yang beralih ke belanja daring. Mereka terpaksa mengurangi jumlah gerai mereka—sebuah tren yang diperparah oleh pandemi Covid-19.
Pada Kamis (18/1) lalu, Macy’s mengumumkan bahwa mereka memangkas jumlah karyawannya sebesar 3,5 persen. Menurut laporan tahunan terbarunya, Macy’s mempekerjakan sekitar 94.500 orang di 722 toko pada akhir 2022.
Laba bersih Macy’s turun lebih dari separuhnya pada kuartal ketiga menjadi $43 juta (Rp673 miliar), dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar $108 juta ($1,6 triliun).
Penjualan perusahaan itu juga turun 7% menjadi $4,9 miliar ($76 triliun), dengan proporsi penurunan yang sama di toko-toko dan situs online mereka.
Dalam laporan keuangannya, Macy’s mengumumkan rencana untuk menutup hampir 10 toko mereka tahun ini, dengan alasan “iklim ekonomi makro yang tidak menentu dan tekanan yang berkaitan dengan konsumen.” [br/rd]
[ad_2]