Headline

Rahayu Puspasari, Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan

383
×

Rahayu Puspasari, Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan

Sebarkan artikel ini
Rahayu Puspasari, Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan

[ad_1]



Rahayu Puspasari, Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu


© Disediakan oleh Kumparan
Rahayu Puspasari, Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu


Ramah, cerdas, dan memiliki wawasan yang luas, itulah kesan pertama kumparanWOMAN saat bertemu secara virtual dengan Rahayu Puspasari, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Meski sudah menduduki posisi strategis dengan pengalaman karier yang panjang, namun perempuan yang akrab disapa Puspa ini memiliki pembawaan yang santai. Imej kaku dan ‘kolot’ yang kerap identik dengan staf pemerintahan pun tak tampak dari dirinya.

Rahayu Puspasari sendiri sudah tercatat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kementerian Keuangan sejak 1993. Ia kemudian mulai bekerja di Kemenkeu pada 1994, setelah lulus Diploma III bidang Keuangan Spesialisasi Akuntansi, di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).


Rahayu Puspasari, Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu


© Disediakan oleh Kumparan
Rahayu Puspasari, Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu


Saat bekerja di Kemenkeu, Puspa sempat menimba ilmu di STIE Perbanas Jakarta dan lulus pada 1997. Selain itu, ia juga pernah menimba ilmu di Monash University, Australia, dan mendapatkan gelar Master of Business Administration (MBA) pada 2001. Pada 2015, Puspa juga mendapatkan gelar Doctor of Business Administration (DBA) dari Curtin Graduate School of Business, Curtin University, Australia.





© Disediakan oleh Kumparan

Selama lebih dari 27 tahun mengabdi di Kemenkeu, perempuan berusia 49 itu pernah menjabat sebagai Tenaga Pengkaji Restrukturisasi, Privatisasi, dan Efektivitas Kekayaan Negara yang Dipisahkan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dari 2014 hingga 2015.

Setelah itu, namanya pun makin dikenal publik ketika ia menjabat sebagai Direktur Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) dari 2015 hingga 2017, dan menjadi Direktur Utama Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) dari 2017 hingga 2020.

Di tengah kesibukannya bekerja, Puspa dengan senang hati meluangkan waktunya untuk berbincang virtual bersama kumparanWOMAN. Kepada kami, perempuan kelahiran Pontianak ini bercerita banyak hal; mulai dari pengalaman dan suka duka yang dialami saat bekerja di Kementerian Keuangan, hingga prinsip hidup yang dipegang teguh agar bisa meraih kesuksesan dalam kehidupan profesional.

Seperti apa kisahnya? Simak perbincangan hangat kami dengan Rahayu Puspasari untuk rubrik Bincang Karier berikut ini!

Apa saja kesibukan Anda saat ini?

Rahayu Puspasari (RP): Kesibukan saya saat ini dengan jabatan yang baru saya pegang yaitu mengawal komunikasi publik di Kemenkeu, berfokus pada isu APBN.

APBN 2020 ini menjadi APBN yang sangat challenging ya, karena di tengah opini publik yang sedemikian rupa mengenai utang, pajak, dan lain-lain. Selain itu, fokusnya juga pada pemulihan ekonomi nasional, lalu ada juga mengenai dua RUU yang sedang menjadi polemik, yaitu RUU KUP dan KKPB.


Rahayu Puspasari saat dilantik menjadi Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan pada Maret 2020 Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu


© Disediakan oleh Kumparan
Rahayu Puspasari saat dilantik menjadi Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan pada Maret 2020 Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu

Saat ini Anda memegang jabatan sebagai Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan. Bisa dijelaskan apa saja yang menjadi tugas dan tanggung jawab Anda terkait posisi tersebut?

RP: Saya bertanggung jawab mengawal komunikasi publik yang ada di Kemenkeu. Dalam hal ini, ada dua pekerjaan yang menjadi fokus utama, yang pertama bagaimana kita mengkomunikasikan kebijakan dan kinerja Kemenkeu kepada publik. Yang kedua, bagaimana mengelola isu yang menjadi concern publik dan harus mendapat perhatian dari Kementerian Keuangan.

Lalu, ketika melaksanakan tugas itu, apa harus yang dilakukan? Tentunya kita mengelola stakeholder internal kita, mengelola tim kita dan mengelola kanal yang ada di Kemenkeu, termasuk di situ yang saya kerjakan juga mengelola contact center. Contact center itu dinamis sekali, artinya kalo kita biasanya memberikan informasi, kalau ini orang yang memberi informasi, mengeluh, dan bertanya.

Apa tantangan terbesar yang Anda hadapi untuk bisa mencapai posisi level tinggi seperti sekarang?

RP: Pertama, tour of duty saya itu banyak berurusan dengan aspek membangun sesuatu dari nol. Itu membuat perjalanan karier saya terasa sangat colorful. Kenapa? Karena yang namanya Kemenkeu atau lembaga pemerintahan itu kan sebenarnya terbiasa sudah ada aturan untuk segala hal. Jadi, kalau diminta membuat sesuatu dan keluar dari aturan, atau menciptakan aturan baru itu lebih challenging sifatnya. Menurut saya, itu menjadi tantangan tapi sekaligus juga menjadi kelebihan, karena saya bisa mengasah hal baru.

Kalau tantangan dari sisi meniti karier, sebetulnya datang saat kita mencoba menciptakan hal baru ya. Nah, saat menciptakan hal baru itu, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang datang dari tim. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang menjadi tantangan tersendiri. Karena seperti yang sudah dibilang tadi, kita ini harus menjadi seseorang yang tertantang untuk menciptakan hal baru dan tidak cepat puas dengan hal yang sudah ada.

Lalu, adakah tantangan khusus bagi perempuan untuk mendaki jenjang karier di Kementerian Keuangan? Jika iya, apa saja tantangannya dan bagaimana cara mengatasinya?

RP: Sebenarnya perempuan yang kerja di Kemenkeu itu beruntung, pasalnya lingkungan di sini itu sudah mendukung perempuan untuk maju dan kita sangat-sangat di-support. Selain itu, secara aturan pengarusutamaan gender yang ada itu sudah mengikuti alur, namun sayangnya ekosistemnya belum tentu. Kita tahu bahwa kita hidup di society yang sebenarnya masih male domination, setidaknya mentality-nya. Sehingga masyarakat masih sangat menghakimi terhadap kiprah perempuan kalau dia ada di dunia kerja. Apalagi di Kemenkeu ya, kalau kita dapat sesuatu atau dapat prestasi sesuatu itu kita harus lebih bagus dari laki-laki baru kita bisa diakui sama. Itu sebenarnya tantangan yang saya rasakan sejak kerja di Kemenkeu.


Rahayu Puspasari saat rapat bersama Menkeu Sri Mulyani Indrawati Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu


© Disediakan oleh Kumparan
Rahayu Puspasari saat rapat bersama Menkeu Sri Mulyani Indrawati Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu

Bagaimana Anda menggambarkan pengalaman bekerja di lingkungan Kementerian Keuangan? Apakah ini cita-cita Anda sejak lama untuk bekerja di pemerintahan?

RP: Dalam perjalanan hidup, saya sebetulnya sudah berkali-kali ditawari kerja di luar pemerintahan, tapi saya tetap stay memilih untuk bekerja di pemerintahan. Karena PNS itu memang life choice saya dari muda. Jadi, saya sudah menentukan ingin masuk dan mengabdi jadi PNS sejak lama. Apalagi pas SMA saya pernah ikut pertukaran pelajar, jadi saya tahu seperti apa kondisi Indonesia dari perspektif luar. Selain itu, ketika SMA, saya punya teman-teman yang anti banget sama PNS dan dia selalu menjelek-jelekan PNS. Dari situlah, semangat saya terbakar dan saya mengatakan kalau nanti saya jadi PNS, saya pasti akan menjadi sosok PNS yang tidak akan korupsi atau malas-malasan. Dan entah mengapa, semesta sepertinya mendukung perjalanan hidup itu hingga kesampaian lah cita-cita tersebut.

Lalu, bagaimana rasanya kerja di Kemenkeu?

RP: Waktu awal sebelum adanya reformasi birokrasi, sebetulnya enggak terlalu berat ya karena di awal-awal saya masih pelaksana. Tapi setelah reformasi birokrasi tahun 2006, itu totally change. Saya merasa kerja saat itu bener-bener crazy banget. Satu minggu kerja itu benar-benar enggak ada habisnya.

Jadi, kalau ditanya bagaimana rasanya kerja jadi PNS? Saya selalu menjawab, I enjoy the pain. Tapi, kalau ditanya suka atau enggak dengan ritme ini? Saya harus bilang, kalau saya bangga berada di pusaran kebijakan, mempengaruhi kehidupan hajat hidup orang banyak, bisa berkontribusi dan memberi kemaslahatan terhadap banyak orang.

Apakah Anda tipe orang yang selalu menentukan target bahwa di usia tertentu Anda sudah bisa mencapai jabatan yang diinginkan?

RP: Terus terang enggak. Tapi saya punya target untuk sekolah, karena sekolah itu ada limitasi. Namun kalau terkait karier, jujur enggak sama sekali. Selain itu, saya juga enggak pernah menargetkan soal posisi tertentu.

Seperti apa gaya kepemimpinan yang Anda terapkan dalam memimpin tim? Dan pendekatan seperti apa yang Anda lakukan agar tim bisa lebih maksimal dalam bekerja?

RP: Karena banyaknya organisasi yang saya pegang, jadi saya banyak bertemu dengan berbagai generasi ya. Saya kan generasi X, atasan-atasan saya itu generasi baby boomers, sementara bawahan saya itu generasi Y sama Z. Jadi, saya seperti stuck di tengah-tengah. Nah, itu menjadi tantangan bagi saya untuk menyesuaikan orientasi kerja dari generasi-generasi tersebut.

Saya kasih contoh, ketika di LMAN, 95% pekerjanya itu kan hampir anak muda atau generasi Y ya. Nah, generasi Y ini biasanya kreatif dan pintar, tapi mereka itu kepo dan sangat demanding. Jadi, saya harus mendorong mereka itu untuk meng-empower kreativitasnya, tapi di sisi lain saya juga harus meredam kekepoan dan ke-demandingan-nya. Biasanya saya akan kasih mereka kepercayaan lebih untuk memimpin, jadi saya kasih space sebanyak-banyaknya supaya mereka bisa mengeluarkan ide terbaik mereka. Lalu, kita recognize.


Rahayu Puspasari, Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu


© Disediakan oleh Kumparan
Rahayu Puspasari, Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu

Sebagai seorang leader, tentu Anda sering dituntut harus cepat dalam mengambil keputusan. Langkah apa yang biasanya Anda lakukan jika sedang berada di bawah tekanan dan dituntut untuk cepat mengambil keputusan?

RP: Saya biasanya akan menentukan mana pekerjaan sifatnya priority dan urgent, mana yang sifatnya urgent, kemudian mana yang less urgent dan seterusnya. Pekerjaan yang sifatnya priority dan urgent biasanya saya akan kerjakan terlebih dahulu. Lalu, yang sifatnya urgent, biasanya saya coba delegasikan pekerjaan itu ke tim. Jadi, saya cuma cek dan selesai. Sehingga bisa multitasking sambil mengerjakan yang lain. Intinya, kalau sedang bekerja di bawah tekanan dan harus cepat selesai, saya akan coba mempeta-petakan pekerjaan, mana yang bisa saya kerjakan sendiri, mana yang bisa dikerjakan orang lain, sehingga semuanya bisa dikerjakan secara paralel.

Salah satu isu dan tantangan yang kerap dihadapi perempuan bekerja adalah multitasking dan menjalani double role di rumah dan di pekerjaan. Seperti apa pengalaman Anda terkait hal ini? Lalu, bagaimana Anda menyeimbangkan kehidupan karier dan keluarga?

RP: Menurut saya kuncinya itu di make time. Mengelola waktu dan mengelola energi, karena kalau kita enggak bisa mencapai titik yang pas untuk bisa mengelola energi itu akan sulit mencari keseimbangan.

Saya juga selalu mencoba menanamkan hal itu kepada pegawai. Bahwa keluarga harus tahu apa yang mereka lakukan, begitu juga kantor harus tahu apa yang mereka kerjakan, dengan demikian mereka bisa mendapatkan kehidupan yang seimbang.


Menkeu, Sri Mulyani Indrawati (kiri) dan Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan, Rahayu Puspasari (kanan) Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu


© Disediakan oleh Kumparan
Menkeu, Sri Mulyani Indrawati (kiri) dan Kepala Biro KLI Kementerian Keuangan, Rahayu Puspasari (kanan) Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu

Untuk bisa sukses menekuni dunia baru dalam berkarier, biasanya seseorang akan membutuhkan mentor atau sosok yang menginspirasi. Apakah Anda juga begitu? Jika iya, siapa sosok role model Anda dalam berkarier?

RP: Role model saya itu Ibu Sri Mulyani. Jadi ketika 2006, kebetulan beliau itu adalah mentor aku dari jauh, bisa dibilang shadow mentor lah. Saya kenal beliau pertama kali di Bappenas, terus pas melihat dia speech itu saya benar-benar kagum sekali. Jadi, bisa dibilang saya beruntung karena hari ini saya bisa langsung di bawah beliau.

Saya menjadikan beliau sebagai role model karena menurut saya beliau itu orang yang set of purpose, beliau juga sangat clear kenapa mau bekerja di pemerintahan, sementara beliau itu memiliki banyak peluang di luar sana. Dan menjadi standar buat saya karena mau memilih bekerja dengan pengorbanan tertentu, dan tidak pakai standar orang lain. Jadi bagaimana being yourself, fully dedicated, yakin dan berani. Itu menjadi salah satu yang saya lihat dari beliau.

Apakah masih sempat me time? Kalau masih, apa saja yang dilakukan saat me time?

RP: Kalau dulu sebelum pandemi saya rajin banget gowes, berenang, terus jogging. Kalau ada waktu pasti saya sempatkan. Terus kalau periodically, biasanya saya snorkeling dan diving. Mungkin dalam setahun itu bisa 6 kali. Apalagi anak saya yang perempuan juga freediver, jadi kita banyak keliling Indonesia untuk hal tersebut. Tapi saat pandemi kan enggak bisa, makanya aku coba melakukan hobi baru.

Me time saya sekarang itu banyak sekali, pertama saya buat sushi pokoknya Japanese food gitulah. Terus saya juga banyak jalan kaki. Jadi, kalau pagi setelah salat subuh saya biasanya meluangkan waktu sekitar ½ sampai 1 jam, terus sempatkan untuk jalan kaki pakai headset sambil mendengarkan musik agar pikiran lebih rileks.


Rahayu Puspasari saat melakukan diving Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu


© Disediakan oleh Kumparan
Rahayu Puspasari saat melakukan diving Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu

Ada pesan yang ingin disampaikan untuk perempuan yang ingin menekuni karier di pemerintahan? Terutama di Kementerian Keuangan?

RP: Pertama, motivasinya itu harus clear. Jadi putuskan dulu kenapa ingin bekerja dan jangan sampai karena ingin membantu penghasilan suami, karena itu pemikiran yang salah banget. Kedua, harus punya target performance indicator sendiri, jadi jangan ikut standar orang lain. Kalau kita ikut standar orang lain, kita bisa terjebak dengan hal itu.

Terus, kita juga harus fokus pada kebermanfaatan ya dan ini sebetulnya prinsipnya sama dengan clear motivation. PNS itu enggak punya istilahnya privilege untuk kita bisa menentukan ingin ditempatkan di mana, karena kita di sini adalah untuk mengabdi. Jadi, kalo kita enggak mau kecewa dengan penempatan, kita harus fokus pada kebermanfaatan tadi karena pada gilirannya di mana pun kita ditempatkan, kita akan selalu memberikan value.

Selain itu, saya juga ingin menegaskan perihal integritas perempuan saat bekerja. Kompetensi seorang perempuan itu tidak hanya pintar atau bekerja profesional saja, tapi harus menjadi seorang ibu juga. Maksudnya, being woman at office itu is being mother of your team. Karena, sifat ibu itu kan caring, memiliki sense of giving, empati, dan value dari timnya. Selain itu, ibu juga enggak akan underestimate timnya.

Menurut saya, perempuan yang bekerja harus ingat poin-poin ini, karena poin-poin itu akan menjadi kekuatan yang membuat perempuan berbeda dengan laki-laki.



[ad_2]

Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *