[ad_1]
Suara-Pembaruan.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menekankan ekonomi dan keuangan syariah harus berkontribusi dalam memulihkan kondisi Indonesia yang tertekan akibat krisis pandemi COVID-19 baik dari sisi sosial dan ekonomi. Aspek ekonomi syariah seperti wakaf dan zakat juga mampu menjadi wadah sinergi untuk menyalurkan bantuan sosial sehingga dampaknya dalam membantu kelompok miskin menjadi lebih efektif.
Hal ini ditegaskan oleh Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam Webinar IAEI di Jakarta, Selasa (6/4/2021).
“Ekonomi dan keuangan syariah itu penting tapi tidak terpisah pada keseluruhan ekonomi, tidak eksklusif. Harus dipikirkan bagaimana kontribusi ekonomi syariah dalam pemulihan kita,” katanya .
Sri Mulyani menuturkan banyak azas dalam ekonomi syariah yang dapat menjadi pendorong pemulihan seperti dalam Islam yang menjunjung tinggi azas keadilan, transparansi, tata kelola yang baik, dan ikhtiar yang maksimal.
Menurutnya, berbagai azas tersebut sangat cocok untuk mendorong pemulihan dan mengeluarkan Indonesia dari middle income trap seperti perbaikan tata kelola menjadi lebih baik.
“Salah satunya adalah tata kelola yang buruk. Itu menjadi salah satu solusi dari value ekonomi syariah,” ujarnya.
Kemudian azas ekonomi syariah seperti menjunjung tinggi kepedulian juga dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Kalau masalah SDM kita diminta selalu caring kepada semua. Investasi SDM itu penting sekali, tidak boleh ada masyarakat yang tertinggal. Ini cocok di dalam middle income trap,” jelasnya.
Sementara itu, aspek ekonomi syariah lainnya seperti wakaf dan zakat juga mampu menjadi wadah sinergi untuk menyalurkan bantuan sosial sehingga dampaknya dalam membantu kelompok miskin menjadi lebih efektif.
“Itu menurut saya merupakan isu penting,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Indonesia harus turut berkontribusi dalam memperbaiki berbagai kebijakan di Indonesia dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi.
“IAEI harus juga bisa melihat fenomena (pandemi) ini baik dari tantangan dan dampaknya ke kebijakan ekonomi yang memiliki implikasi bagi kita semua,” katanya.
Sementara Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia M Anwar Bashori mengatakan resiliensi atau ketahanan ekonomi syariah di Indonesia sudah dibuktikan saat pandemi COVID-19 melanda sepanjang 2020 yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi terkontraksi.
“Di 2020 kemarin, kalau kita bicara mengenai ekonomi nasional terkontraksi di atas 2 persen, kita hanya terkontraksi 1,7 persen dan dua sektor yang masih positif adalah pertanian dan halal food. Artinya apa? Bicara ekonomi syariah, resiliensi justru muncul di Indonesia. Jadi sebetulnya berpotensi dan sekarang faktanya Indonesia harusnya ekonomi syariah betul-betul sudah jadi penopang kegiatan ekonomi di Indonesia,” ujar Anwar di Jakarta, Senin, (5/4). (red/pen)
[ad_2]