[ad_1]
Studi riset digital dari Neurosensum mengungkapkan pengguna dompet digital atau e-wallet mengalami lonjakan drastis dalam setahun terakhir pascapandemi Covid-19. Kenaikan sekitar 44 persen seiring meningkatnya kecenderungan belanja daring (online) di e-commerce.
“Dalam kurun waktu sebelum terjadinya pandemi, penggunaan dompet digital selama tiga sampai lima tahun hanya berkisar 10 persen, kemudian dalam kurun waktu satu sampai dengan tiga tahun terakhir pengguna dompet digital hanya mencapai 45 persen,” kata Managing Director Neurosensum Indonesia Mahesh Agarwal dalam diskusi daring di Jakarta.
Mahesh melihat bahwa setiap tahunnya ada e-wallet baru yang diluncurkan sehingga membuat pasar dompet digital sangat kompetitif di Indonesia. Pada tahun 2020, hanya kurang dari setahun, terjadi lonjakan drastis dalam persentase pengguna e-wallet yakni sekitar 44 persen. “Ini merupakan tren yang sangat menarik, dan kemungkinan pertumbuhan pengguna e-wallet di Indonesia akan semakin meningkat ke depannya,” kata Mahesh.
Dalam kesempatan yang sama Research Manager Neurosensum Indonesia, Tika Widyaningtyas, mengatakan bahwa sejak e-wallet masuk ke Indonesia, mungkin adopsinya tidak secepat akhir-akhir ini, setelah pandemi Covid-19 melanda di mana hampir separuh masyarakat menggunakan e-wallet yang mana mereka adalah pengguna baru atau new adopter dalam satu tahun terakhir.
“Hal menarik lainnya adalah ternyata ketika belanja daring, lebih banyak orang yang menggunakan e-wallet bahkan jika dibandingkan dengan rekening bank,” ujar Tika.
Menurut hasil studi dari Neurosensum, e-wallet menjadi metode pembayaran yang paling banyak digunakan ketika masyarakat Indonesia melakukan belanja online yakni sekitar 88 persen akhir-akhir ini.
Sedangkan metode pembayaran transfer bank atau bank account tercatat sekitar 72 persen, kemudian metode pembayaran cash on delivery 47 persen dan diikuti pembayaran lewat supermarket/minimarket sekitar 32 persen.
Sementara itu metode pembayaran kartu debit tercatat sekitar 23 persen dan kartu kredit sekitar 11 persen ketika masyarakat melakukan belanja online.
Dilain pihak, Snapcart juga mengungkapkan bahwa dalam tiga bulan terakhir ini, penggunaan e-wallet tumbuh pesat. Tidak hanya digunakan untuk pembayaran di gerai offline, juga di pembayaran online.
Data responden selama September-Desember 2020, yang mencakup seluruh Indonesia, dengan responden dipilih 1.000 orang, 50 persen berumur 24 tahun kebawah, 45 persen berumur 25-35 tahun, dan lima persen berumur 35 tahun keatas. Komposisi gender, 70 persen responden perempuan, dan 30 persen laki-laki, Snapcart melihat penggunaannya yang terus tumbuh, maka transaksi e-wallet sebagai medium pembayaran cashless akan terus berkembang di Indonesia.
“E-wallet juga relatif lebih aman dan sesuai dengan protokol kesehatan, sehingga banyak disukai,” ujar Astrid Williandry, Direktur Snapcart Indonesia, di Jakarta.
[ad_2]