[ad_1]
SuaraPemerintah.id – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Dekranasda NTT), Julie Laiskodat menyatakan bahwa sekitar 800 motif tenun ikat NTT bakal dipatenkan.
Julie menjelaskan, selama ini masalah hak paten dan kepemilikan ini menjadi salah satu perhatian besar pihaknya.
Semua motif tenun asli NTT itu harus bisa didaftarkan dan dibuktikan secara hukum.
NTT memiliki lebih dari 800 motif tenun asli dari berbagai wilayah di provinsi itu. Sebagai contoh, Kabupaten Timor Tengah Selatan saja memiliki 132 motif tenun asli.
Julie Laiskodat yang juga anggota Komisi IV DPR ini mencontohkan ketika beberapa minggu sebelumnya ada klaim melalui media sosial terhadap motif tenun ikat Sumba yang dipakai Miss Grand International asal Indonesia, Aurra Kharisma. Klaim itu menurut Julie dari Malaysia.
Seperti diberitakan, wakil Indonesia, Aurra Kharishma, menjadi runner-up 3 Miss Grand International 2020 di Bangkok, Thailand, pada Sabtu (27/3/2021).
Mahkota Miss Grand International 2020 itu sendiri akhirnya tersematkan di kepala kontestan asal Amerika Serikat, Abena Appiah. Sementara runner-up 1 diraih oleh Miss Grand Philippines Samantha Bernardo dan runner-up 2 Miss Grand Guatemala Ivana Batchelor.
Dalam salah satu sesi penjurian, Aurra Kharishma mengenakan tenun motif asli Sumba, NTT. “Tenunnya dari Dekranasda NTT, desainernya Ivan Gunawan. Saat ditampilkan di media, itu diklaim tenun motif dari mereka (Malaysia, red). Ini biro hukum akan ambil langkah untuk melayangkan surat keberatan,” kata Julie.
Menurut Julie motif tenun ikat NTT akan dipatenkan satu persatu. “Saya mulai dari Sumba dulu. Karena sudah merajalela di-printing oleh orang. Tahun lalu kami sudah keluhkan bahwa motif kuda di Sumba itu diakui oleh salah satu daerah, yang bukan hak mereka,” kata Julie.
Sejauh ini, Dekranasda NTT bekerja sama dengan Dinas Perindag NTT sudah mendaftarkan 10 tenunan berdasarkan indikasi geografis. Dalam waktu dekat, 12 lainnya segera diproses.
Langkah berikutnya adalah mendaftarkan hak paten motif yang lebih dari 800 itu. Masalahnya, prosesnya tak bisa cepat. Karena salah satu syarat pendaftaran adalah harus ada nilai cerita tentang motif yang akan dipatenkan.
“Harus dibuktikan benar dari leluhur, ceritanya harus benar seperti itu,” imbuh Julie.
Dekranasda menargetkan pada 2020 dan 2021 sudah dapat menyelesaikan latar belakang indikasi geografis dari motif tenun.
“Tapi mungkin saya perlu waktu (untuk paten motif, red). Mungkin takkan bisa selesai di periode saya ini karena saya tinggal 3 tahun lagi. Tetapi akan saya atur di mana prioritas. Sudah saya petakan, mana motif yang banyak kita kritik, itu dulu yang akan didahulukan dipatenkan,” beber anggota DPR dari Fraksi Nasdem ini.
Julie juga memuji jajaran Dekranasda kabupaten/kota di NTT yang bersemangat dalam proses pendaftaran hak paten.
Kata dia, Dekranasda di wilayah tingkat II sangat aktif membantu dengan mencari sejarah dan cerita, serta nilai-nilai leluhur di balik motif sehingga motif-motif bisa segera didaftarkan.
Julie mengaku pihaknya sangat bersemangat dengan kerja ini sebab Presiden Joko Widodo pun memberikan dukungan moral yang kuat.
Buktinya, kata Julie, Presiden Jokowi mengizinkan Dekranasda NTT menyiapkan pakaian dari NTT untuk peringatan HUT RI, 17 Agustus.
“Mungkin Pak Jokowi melihat bukan karena warna atau cara pakai, tapi nilai dan filosofis di balik pakaian dari nenek moyang itu. Itu yang mungkin membuat Pak Jokowi tertarik kepada kami di NTT,” kata Julie.
[ad_2]