[ad_1]
Para pemimpin negara-negara Kelompok 20 (G20), Selasa (15/11), sedang mempertimbangkan rancangan resolusi yang mengecam keras perang di Ukraina dan menekankan bahwa itu memperburuk kerentanan dalam ekonomi global. Reuters mendapat informasi itu dari keterangan sejumlah diplomat. Kantor berita itu bahkan telah melihat langsung salinan rancangan resolusi setebal 16 halaman itu.
Masih menurut Reuters, rancangan resolusi itu belum diadopsi para pemimpin dan kemungkinan akan ditentang Rusia. Para diplomat mengatakan, keputusan terkait resolusi itu tidak mungkin diambil sebelum Rabu. “G20 bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan, namun kami mengakui bahwa masalah keamanan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan bagi ekonomi global,” kata rancangan tersebut.
Pertemuan para menteri G20 pada masa lalu telah gagal menghasilkan deklarasi bersama karena ketidaksepakatan antara Rusia dan para anggota lain tentang bahasa, termasuk tentang bagaimana menggambarkan perang di Ukraina.
KTT di Bali, menandai pertama kalinya para pemimpin G20 bertemu sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari, yang digambarkan Rusia sebagai “operasi militer khusus.”
Perang dan kekhawatiran akan inflasi global, ketahanan pangan dan energi telah membayangi pertemuan tersebut.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dalam pidato virtual mengatakan kepada KTT itu bahwa sekaranglah waktunya untuk menghentikan perang Rusia di negaranya berdasarkan rencana yang telah diusulkannya “secara adil dan berdasarkan Piagam PBB dan hukum internasional.” Ia menyerukan untuk pemulihan “keamanan radiasi” sehubungan dengan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia; memperkenalkan pembatasan harga pada sumber daya energi Rusia; dan memperluas inisiatif ekspor biji-bijian.
KTT G20 dibuka dengan pernyataan Presiden Jokowi yang menyerukan persatuan dan tindakan nyata untuk memperbaiki ekonomi global meskipun ada keretakan yang mendalam akibat perang.
“Kita tidak punya pilihan lain, kolaborasi diperlukan untuk menyelamatkan dunia,” katanya. “G20 harus menjadi katalis untuk pemulihan ekonomi inklusif. Kita tidak boleh membagi dunia menjadi beberapa bagian. Kita tidak boleh membiarkan dunia jatuh ke dalam perang dingin lagi.”
G20, yang mencakup negara-negara mulai dari Amerika Serikat, Rusia dan Brasil hingga India, Arab Saudi, dan Jerman, menyumbang lebih dari 80% produk domestik bruto dunia, 75 persen perdagangan internasional, dan 60 persen populasi dunia.
Invasi Rusia ke Ukraina memicu seruan dari beberapa pemimpin Barat untuk memboikot KTT dan membatalkan undangan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi Indonesia menolak untuk melakukannya.
Rusia mengatakan Putin terlalu sibuk untuk hadir dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov menggantikannya. Lavrov menolak laporan kantor berita pada Senin bahwa ia telah dibawa ke rumah sakit di Bali karena kondisi jantung dan hadir dalam pertemuan tersebut. Ia tetap berada dalam ruangan sewaktu Zelenskyy menyampaikan pidato, kata para delegasi. [ab/ka]
[ad_2]