Hotline Redaksi: 0817-21-7070 (WA/Telegram)
Kabar Terhangat

Kemenangan Diplomatik bagi Indonesia, Biden, Xi, Berkumpul di KTT G20

154
×

Kemenangan Diplomatik bagi Indonesia, Biden, Xi, Berkumpul di KTT G20

Sebarkan artikel ini
Kemenangan Diplomatik bagi Indonesia, Biden, Xi, Berkumpul di KTT G20

[ad_1]

Kemenangan Diplomatik bagi Indonesia, Biden, Xi, Berkumpul di KTT G20

Presiden Amerika Joe Biden bergabung dengan para pemimpin dunia di Bali untuk KTT G20 yang diselenggarakan Presiden Joko Widodo.

“Rasanya saya tidak akan pulang,” canda Biden dalam pertemuan dengan Jokowi di sela-sela KTT itu. “Anda membuat saya tinggal di pantai. Senang kembali bertemu dengan Anda, Jokowi,” kata Biden. Ia ikut menyebut Jokowi, panggilan akrab Joko Widodo. “Ini adalah…Anda telah menjadi teman baik.”

Gurauan ramah itu memupus ketegangan diplomatik berbulan-bulan antara Washington dan Jakarta menjelang pertemuan para pemimpin 20 ekonomi terbesar dunia yang dibayangi perang di Ukraina dan tekanan Barat untuk mengisolasi Rusia.

Tujuh belas anggota G20 diwakili oleh kepala pemerintahan, termasuk para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) negara industri terkemuka serta Presiden China Xi Jinping.

Presiden Rusia Vladimir Putin tidak hadir secara langsung, dan belum jelas apakah dia akan berpartisipasi secara virtual. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy akan berpartisipasi secara virtual meskipun Ukraina tidak menjadi anggota G20.

Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengesampingkan pertanyaan apakah Biden senang mengetahui siapa yang akhirnya akan menghadiri KTT itu. Kepada VOA, Minggu, dalam pesawat kepresidenan Amerika, Air Force One, menuju Bali, Sullivan mengatakan, Biden memandang KTT itu sebagai peluang bagi para pemimpin ekonomi utama dunia untuk menghadapi konsekuensi perang Rusia di Ukraina dan akan berfokus pada masalah-masalah praktis termasuk ketahanan pangan, keamanan energi, dan reformasi utang.

“Jadi, ‘bahagia/tidak bahagia,’ menurut saya, bukanlah cara yang tepat untuk memikirkan, apakah Presiden Putin memilih untuk hadir atau tidak,” kata Sullivan. “Presiden Putin membuat keputusan karena alasannya di bawah tekanan yang dia hadapi.”

Sullivan menolak menanggapi apakah Biden berencana keluar atau walk out jika Putin berpartisipasi secara virtual. “Kami tidak membahas hipotesa itu, tidak membicarakan bagaimana Presiden akan bereaksi,” katanya.

Hasil optimal

Walaupun Jokowi harus meredam lebih banyak ketegangan geopolitik daripada yang diperkirakan sebagai tuan rumah KTT, dari perspektif Jakarta, kehadiran pemimpin Barat, pemimpin China, Jepang, Korea Selatan, India, dan lainnya, tanpa mempermalukan Rusia adalah hasil yang optimal. “Diskusi juga sangat-sangat bagus dan saya senang Amerika dan China [bisa] juga hadir,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan kepada wartawan, Sabtu.

Mengundang Zelenskyy adalah jalan tengah diplomatik bagi Jokowi yang menyatakan bahwa ia tidak berkenan menolak Rusia meskipun ada ancaman boikot dari para pemimpin Barat. “Dan akhirnya, negara-negara Barat tersentak. Mereka tak menyangka; Indonesia berhasil,” kata peneliti di International Institute for Strategic Studies, Aaron Connelly, kepada VOA. “Indonesia sangat nyaman dalam hal ini, sebagai kekuatan nonblok, mencoba menyatukan kekuatan besar yang saling berselisih.”

Jakarta akan berusaha untuk tetap fokus pada tiga pilar utama yang telah dipilih di bawah kepresidenannya yaitu arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, dan transformasi digital. Indonesia ingin memastikan bahwa agenda yang dikembangkan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga pemangku kepentingan bisnis dan masyarakat madani itu dibawa ke pertemuan G20 tahun depan di mana India akan menjadi ketua, kata Dinna Prapto Raharja, pendiri Synergy Policies, think tank yang berbasis di Jakarta kepada VOA.

Selain itu, ketegangan geopolitik yang meruncing akibat perang di Ukraina, memaksa Jakarta menghindari ketegangan lebih jauh dan pilihannya tetap terbuka.

Indonesia sedang menghadapi jenis keseimbangan baru, kata Dinna. “Kita tidak tahu di mana ini akan berakhir. Tetapi yang pasti itu bukan era unipolarisme di mana Amerika akan menjadi satu-satunya kekuatan utama.”

Biden – Jokowi

Pemerintahan Jokowi menargetkan investasi $89 miliar untuk tahun depan dan secara agresif sedang mencari dana untuk relokasi ibu kota ke Kalimantan, yang diperkirakan merupakan proyek $34 miliar.

Dalam pertemuan mereka, Biden dan Jokowi membahas perluasan kemitraan mereka termasuk melalui Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (PGII), menurut Gedung Putih. PGII adalah skema pendanaan infrastruktur oleh Barat guna melawan Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) China.

Washington dan Jakarta memperkenalkan inisiatif PGII tentang transisi energi Indonesia dalam KTT itu. Negara-negara tersebut juga meluncurkan kesepakatan $698 juta untuk mengembangkan infrastruktur transportasi yang ramah lingkungan di lima provinsi di Indonesia dan meningkatkan akses keuangan untuk usaha milik perempuan dan usaha mikro dan menengah di Indonesia.

Sementara itu, uji coba proyek hampir $8 miliar kereta api berkecepatan tinggi yang menghubungkan Jakarta dan Bandung, bagian dari BRI China akan dilakukan dalam KTT G-20 dan dijadwalkan akan diluncurkan tahun depan. [ka/ab]

[ad_2]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *