[ad_1]
Dunia media sosial Indonesia semakin heboh akhir-akhir ini gara-gara ejekan netizen ke akun Twitter Netflix Indonesia meminta jadwal. memperbarui tayangan Layang-layang Rusak. Padahal serial produksi MD Entertaintment itu tayang di WeTV Indonesia, salah satu kompetitornya.
Yang menarik justru respons admin akun @NetflixID untuk pertanyaan salah sasaran tersebut. “Layangan Putus itu @WeTVIndonesia mas, bukan kami.” Sontak respons ini mendapat apresiasi segar. Ada muatan humor, tentu saja, pasalnya kutipan itu diambil dari adegan yang mungkin paling “monumental” dari Layang-layang Rusak lantaran sering diplesetkan kata-katanya untuk konteks yang beracam-macam.
Jenius? Tentu saja. Admin Netflix.ID, mungkin karena jadi salah satu penggemar Layang-layang Rusak juga, bisa membaca apa yang sedang nge-hits dan dengan tangkas mengubah ejekan sesat itu menjadi bahan perbincangan seru yang tak pelak lagi mengangkat merek Netflix di kalangan netizen. Cukup banyak kampanye pemasaran organik.
Cintai Pelanggan Anda, Hormati Pesaing Anda
Kompetisi itu lumrah dan oleh karena itu dunia ini membutuhkan marketing. Namun, kompetisi tak perlu lagi gontok-gontokan dan sikat-sikatan hingga berdarah-darah. Dibawa asyik saja dan tak perlu sakit hati.
Membangun relasi yang asyik dengan kompetitor justru menjadi laku yang sebaiknya dimiliki oleh pemasar. Kredo pertama dari sepuluh kredo di buku Pemasaran 3.0 berbunyi: “Cintai pelanggan Anda, hormati pesaing Anda.” Dalam tulisan saya sebelumnya berjudul “Mengapa Hormat Pada Kompetitor itu Wajib?, dua frasa mencintai pelanggan dan respek pada kompetitor itu ibarat dua sisi satu keping mata uang alias tidak bisa dipisahkan.
Saat ini, pemasar tak hanya dituntut untuk peduli saja pada pelanggannya, tetapi juga bisa respek pada kompetitornya. Akun @Netflix.Id tadi menunjukkan nilai ini dengan cara-cara asyik. Dia tidak aji mumpung memanfaatkan cuitan salah sasaran itu untuk unjuk produk-produknya sendiri atau malah menjatuhkan produk kompetitor. Namun, akun itu dengan legowo dan humoris berperan sebagai konsultan yang baik dengan menunjukkan hal yang dicari netizen dan itu produk kompetitornya.
Lalu apa hubungannya respek pada kompetitor dengan mencintai pelanggan? Kalau bisnis dijalankan dengan cara-cara tidak respek dan jahat dengan menjegal atau malah menggelar kampanye hitam pada kompetitor demi keuntungan, tidak tertutup kemungkinan suatu saat cara-cara yang sama akan dilakukan pemasar itu pada pelanggannya demi mengejar profit. Artinya, sikap respek pada kompetitor itu menjadi batu uji seberapa tulus pemasar akan mencintai pelanggannya.
Relasi penuh respek ini bisa dikemas dan dilakukan dengan cara-cara asyik seperti dilakukan @NetflixID tadi. Relasi seperti tidak ada ruginya dan justru banyak untungnya. Mau dibawa kompetisi ini, ya dibawa asyik saja. Dan, jangan biarkan relasi kita dengan kompetitor menjauh seperti layangan putus. Sudah asyikkah relasi Anda dengan kompetitor?
[ad_2]