Suara-Pembaruan.com — Mahkamah Agung RI Peduli Membangun Harapan dan Kedekatan di Tengah Bencana
Di tengah-tengah tantangan pemulihan pasca bencana, Mahkamah Agung Republik Indonesia telah menunjukkan komitmen mendalamnya melalui serangkaian kegiatan yang menginspirasi di Parambahan.
Dalam sebuah acara yang menghadirkan aura optimisme, Mahkamah Agung Peduli tidak hanya membangun fisik, tetapi juga memperkuat semangat dan harapan masyarakat.
Salah satu momen yang menggugah dalam acara ini adalah saat peletakan batu pertama pembangunan mushola Tigo Batua.
Profesor Yulius SH, MH, dalam pidatonya, menyampaikan bahwa pembangunan ini bukan sekadar proyek fisik, tetapi sebuah wahana untuk kebersamaan dan manfaat bersama.
Dengan target selesai dalam 3 bulan, beliau berharap mushola ini akan menjadi tempat yang ramah dan bermanfaat bagi seluruh komunitas.
Namun, lebih dari sekadar pembangunan fisik, Mahkamah Agung Peduli juga memberikan perhatian pada pendidikan anak-anak yang terdampak bencana.
Sebanyak 120 anak menerima buku tabungan dan tas ransel untuk mendukung mereka dalam perjalanan pendidikan.
Interaksi Profesor Yulius dengan anak-anak, di mana salah satunya secara berani memperlihatkan kejujurannya dengan menghafal surat Al-Quran, mengingatkan semua bahwa semangat dan kejujuran adalah harta yang tak ternilai.
Ada yang menarik dalam momen di acara Mahkamah Agung Peduli ini.
Ketika Prof Yulius menanyakan kepada anak-anak yang hadir,”Apakah sudah ada yang hapal surat As-sajdah seperti yang saya janjikan dahulu?”
Spontan dari anak yang hadir meng-angkat tangan dan maju ke depan. Sang anak mengampiri prof Yulius. Dan pak Yulius menanyakan namanya, kemudian mempersilahkan untuk melafaskan surat As-sajdah.
Pengunjung yang hadir terharu mendengarkan anak korban bencana, melantukan ayat suci Al Quran dengaan fasih. Tampak dari jauh mata Prof Julius berkaca-kaca.
Dan tiba-tiba, setelah mengahhir ayat ke lima, Prof Yulius spontan menghentikan lantunan. Ia pun berpaling ke arah hadirin dan mengatakan, “Cukup, tidak usah dilanjutkan, saya percaya kepada kejujuran anak ini dan saya yakin anak ini sudah hafal.”
Sambil memeluk anak itu, Yulius mengalihkan pandangannya kepada hadirin kemudian berkata, “Saya beri hadiah anak dan orang tuanya untuk berangkat umroh,dalam waktu secepatnya.”
Ketulusan dalam membantu tidak hanya terbatas pada bantuan fisik dan pendidikan, tetapi juga mencakup pemberdayaan perempuan.
Pusat Dharmayukti Karini turut serta dengan memberikan bantuan 50 mukena kepada ibu-ibu korban bencana, menunjukkan bahwa kepedulian bisa merasuk ke dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.
Kepala daerah, Eka Putra, menegaskan penghargaannya atas kontribusi Mahkamah Agung dalam proses pemulihan daerah.
Kunjungan mereka bukanlah sekadar seremoni, melainkan ekspresi nyata dari solidaritas yang mendalam.
Acara ini tidak hanya memberikan bantuan fisik, tetapi juga membangun jaringan kepedulian yang kokoh di tengah-tengah masyarakat yang sedang berjuang pulih.
Di atas semua itu, acara Mahkamah Agung Peduli di Parambahan menggambarkan bagaimana sebuah komunitas bisa bersatu dan saling mendukung dalam menghadapi cobaan.
Semangat untuk membangun, mendidik, dan menguatkan satu sama lain terpatri dalam setiap momen berharga ini.
Ini adalah cermin dari komitmen Mahkamah Agung RI untuk tidak hanya menjadi lembaga hukum, tetapi juga mitra yang peduli dan berempati di tengah-tengah masyarakat.
Dengan demikian, Mahkamah Agung Peduli tidak hanya membawa harapan bagi masa depan yang lebih baik, tetapi juga meneguhkan bahwa di saat-saat sulit, kita dapat mengandalkan kekuatan persatuan dan kepedulian untuk mengatasi segala tantangan.