Hotline Redaksi: 0817-21-7070 (WA/Telegram)
Headline

Mali Menghina Jokowi dan Polisi dengan Sebutan Binatang, Roy Suryo Gusar, Mau Singkirkan Guru Honorer?

196
×

Mali Menghina Jokowi dan Polisi dengan Sebutan Binatang, Roy Suryo Gusar, Mau Singkirkan Guru Honorer?

Sebarkan artikel ini
Mali Menghina Jokowi dan Polisi dengan Sebutan Binatang, Roy Suryo Gusar, Mau Singkirkan Guru Honorer?

[ad_1]



Warga antre masuk untuk belanja ke toko Costco di Watford, Inggris. Foto: REUTERS / Paul Childs


© Disediakan oleh Kumparan
Warga antre masuk untuk belanja ke toko Costco di Watford, Inggris. Foto: REUTERS / Paul Childs


kumparan merangkum beberapa perkembangan kasus corona yang terjadi di dunia sepanjang Kamis (15/7).

Mulai dari kasus kasus harian COVID-19 di Inggris capai 42.302 hingga WHO ingatkan lonjakan kasus di timur tengah.

Seperti apa beritanya, berikut rangkumannya:

Kasus Harian COVID-19 di Inggris Capai 42.302, Tertinggi Sejak 15 Januari

Lonjakan kasus harian COVID-19 kembali terjadi di berbagai negara dunia salah satunya di Inggris. Britania Raya mencatat penambahan kasus harian tertinggi sejak Januari.





© Disediakan oleh Kumparan

Penambahan kasus harian di Inggris pada Rabu (14/7), mencapai 42.302 kasus. Angka ini menjadi kasus harian tertinggi sejak 15 Januari.

Sebelumnya, lonjakan pada 15 Januari di Inggris tercatat ada 55.761 kasus baru COVID-19 dalam 24 jam.

Sementara kasus kematian akibat COVID-19 di Inggris pada Rabu mencapai 49 orang. Dengan tambahan itu, kini jumlah kasus COVID-19 di Inggris menjadi 5.233.207 orang. Lalu pasien meninggal 128.530 orang.

Penularan COVID-19 di Inggris mulai meningkat sejak akhir Mei. Tetapi angka kematian masih rendah dari gelombang sebelumnya.

Meski kasus perlahan meningkat, Inggris telah mencabut hampir semua pembatasan.

Bahkan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk berdamai dengan COVID-19.

“Kita harus jujur pada diri sendiri. Jika kita tidak dapat membuka kembali kehidupan sosial kita dalam beberapa minggu ke depan, di mana kita akan terbantu dengan datangnya musim panas dan liburan sekolah, maka kapan [lagi] kita bisa kembali normal?” tutur Johnson.

“Kami akan mencabut aturan limit orang yang menghadiri konser, teater, dan acara olahraga. Kami akan mengakhiri aturan satu meter plus tentang jarak sosial dan kewajiban hukum untuk menutup wajah [masker], meski mungkin akan ada anjuran di mana Anda boleh melakukannya,” tutur Johnson.


Seorang warga Inggris disuntik vaksin corona di Newcastle upon Tyne, Inggris. Foto: Lee Smith/REUTERS


© Disediakan oleh Kumparan
Seorang warga Inggris disuntik vaksin corona di Newcastle upon Tyne, Inggris. Foto: Lee Smith/REUTERS


Regulator Obat Uni Eropa Masih Kaji Urgensi Suntikan Booster Vaksin COVID-19

Suntikan booster vaksin COVID-19 atau dosis ketiga menjadi sorotan berbagai negara. Regulator obat Eropa masih mempertimbangkan untuk memberi rekomendasi percampuran vaksin dari produsen yang berbeda.

Regulator obat Eropa menilai masih terlalu dini untuk memastikan perlunya suntikan booster vaksin COVID-19 dan kapan waktu yang tepat untuk melakukannya.

Badan pengawas obat Eropa, atau European Medicines Agency (EMA) mengatakan, pihaknya tengah menguji apakah pemberian dosis kedua dengan merek berbeda dari dosis pertama dapat meningkatkan kekebalan pada manusia.

“Kami selalu mengikuti ilmu pengetahuan, dan keahlian serta evaluasi dari ECDC dan EMA. Tapi kami juga harus siap dan siap jika (atau) ketika suntikan booster mungkin diperlukan,” kata juru bicara Komisi Eropa dikutip dari Reuters, Kamis (15/7).

Namun, EMA mengatakan dua dosis vaksin Pfizer, AstraZeneca dan Moderna, lebih efektif untuk menangkal varian Delta yang menyebar cepat.

Selain itu, EMA tidak membuat rekomendasi pasti untuk menukar atau mencampur dosis. Mereka menyarankan negara-negara untuk mempertimbangkan beberapa kondisi.

“Untuk menanggapi kebutuhan ini dan meningkatkan cakupan vaksinasi, negara-negara dapat menyesuaikan strategi mereka. Berdasarkan situasi epidemiologi dan sirkulasi varian, dan bukti yang berkembang tentang efektivitas vaksin terhadap varian,” tulis pernyataan EMA.

Sementara hasil studi di Oxford pada bulan lalu menunjukkan campuran vaksin di mana suntikan vaksin Pfizer diberikan empat minggu setelah suntikan AstraZeneca akan menghasilkan respons kekebalan yang lebih baik dibanding dengan menyuntikkan dosis kedua AstraZeneca.


Staf medis mengambil sampel uji virus corona saat pengujian drive-thru di Alkmaar, Belanda. Foto: REUTERS / Piroschka van de Wouw


© Disediakan oleh Kumparan
Staf medis mengambil sampel uji virus corona saat pengujian drive-thru di Alkmaar, Belanda. Foto: REUTERS / Piroschka van de Wouw


Belanda Kembali Terapkan Kebijakan WFH Akibat Lonjakan COVID-19

Penularan COVID-19 di Belanda kembali melonjak. Tercatat ada tambahan 10.426 kasus baru pada Rabu (14/7).

Dengan tambahan itu, kini jumlah kasus positif COVID-19 di Belanda menjadi 1.755.126 orang di mana 17.770 di antaranya meninggal dunia.

Akibat lonjakan COVID-19, Belanda kembali menerapkan kebijakan work form home. Padahal, Belanda sudah mencabut kebijakan WFH dan pembatasan sejak dua minggu lalu.

“Kami kembali ke aturan lama (work form home),” kata PM Belanda Mark Rutte dikutip dari Reuters, Kamis (15/7).

Selain itu, Belanda juga memberlakukan pembatasan di bar, restoran dan klub malam untuk menekan penularan COVID-19 di kalangan orang dewasa muda.

Meski kembali menerapkan WFH, kebijakan ini tidak bersifat wajib dan hanya berlaku bagi pekerja yang bisa melakukannya.


Petugas kepolisian terlihat di pos pemeriksaan keamanan pintu masuk Wisma Atlet Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo, Jepang. Foto: Issei Kato/REUTERS


© Disediakan oleh Kumparan
Petugas kepolisian terlihat di pos pemeriksaan keamanan pintu masuk Wisma Atlet Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo, Jepang. Foto: Issei Kato/REUTERS


9 Hari Jelang Olimpiade, Tokyo Catat Kasus Harian COVID-19 Tertinggi

Tokyo mencatat tambahan kasus harian COVID-19 tertinggi dalam enam bulan terakhir pada Rabu (14/7). Lonjakan kasus ini terjadi 9 hari jelang pelaksanaan Olimpiade.

Pemerintah Tokyo mencatat 1.149 kasus baru pada Rabu. Angka ini tertinggi sejak 22 Januari.

Lonjakan kasus dipicu oleh varian baru COVID-19 dan rendahnya vaksinasi.

Meningkatnya kasus COVID-19 membuat pemerintah mengumumkan keadaan darurat baru untuk Tokyo. Akibatnya, tidak ada penonton selama Olimpiade di daerah tersebut.

“Begitu trennya meningkat, sudah terlambat,” kata Haruka Sakamoto, seorang dokter dan peneliti di Universitas Keio dikutip dari Reuters, Kamis (15/7).

“Mungkin jumlah kasus baru yang terinfeksi akan terus meningkat selama beberapa hari lagi,” tambah dia.

Profesor dari Universitas Kyoto, Yuki Furuse, memproyeksikan kasus harian COVID-19 di Tokyo akan meningkat menjadi 1.000 pada bulan Juli dan menjadi 2.000 kasus pada bulan Agustus.

Jika ini terjadi, diprediksi rumah sakit akan terisi penuh.


Orang-orang mengirimkan formulir untuk menerima vaksin corona di pusat vaksinasi sementara, Beijing, China, Minggu (3/1). Foto: cnsphoto/via REUTERS


© Disediakan oleh Kumparan
Orang-orang mengirimkan formulir untuk menerima vaksin corona di pusat vaksinasi sementara, Beijing, China, Minggu (3/1). Foto: cnsphoto/via REUTERS


China Mulai Vaksinasi Anak dan Remaja

Pemerintah China terus memperluas sasaran vaksinasi COVID-19. Dalam waktu dekat, China akan segera memvaksinasi anak-anak berusia 12-14 tahun dan remaja usia 15-17 tahun.

China merupakan salah satu negara yang berhasil mengendalikan kasus COVID-19 berkat vaksinasi.

Belum jelas berapa jumlah penduduk China yang sudah divaksin. Tetapi berdasarkan laporkan media lokal, disebutkan 40 persen populasi sudah menerima vaksin COVID-19.

Rencananya, wilayah barat daya Guangxi dan Kota Jingmen di Hubei akan memvaksinasi remaja berusia 15 dan 17 tahun dan anak-anak berusia 12 hingga 14 tahun pada Agustus.

“Pada akhir Oktober, pihak berwenang di sana bertujuan untuk memvaksinasi sepenuhnya semua yang memenuhi syarat dalam kelompok usia 12 hingga 17 tahun,” tulis laporan pejabat pengendalian penyakit China dikutip dari Reuters, Kamis (15/7).

China telah menyetujui dua vaksin yakni Sinovac Biotech dan vaksin lokal yang dikembangkan oleh perusahaan di Beijing yang bekerja sama dengan Sinopharm untuk disuntikkan kepada anak berusia 3-17 tahun.

Sementara Wakil Direktur Komisi Kesehatan Nasional China, Zeng Yixin, mengatakan akhir tahun ini 70 persen dari kelompok sasaran ditargetkan sudah menerima vaksin COVID-19.

Namun ia tidak memberikan rincian kelompok sasaran tersebut.

Lebih lanjut, tempat umum mulai dari supermarket hingga stasiun kereta api mulai bulan ini akan mencatat dan mendata pengunjung yang belum divaksin. Nantinya mereka akan diminta agar mau menjalani vaksinasi.


Warga memakai untuk mencegah penyebaran virus corona di sebuah jalan di pusat kota Teheran, Iran. Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi


© Disediakan oleh Kumparan
Warga memakai untuk mencegah penyebaran virus corona di sebuah jalan di pusat kota Teheran, Iran. Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi


WHO Peringatkan Lonjakan COVID-19 di Timur Tengah

WHO mengungkapkan telah terjadi lonjakan kasus COVID-19 di kawasan Timur Tengah. Dalam beberapa hari terkahir, terjadi lonjakan di Libya, Iran, Irak dan Tunisia.

WHO mengatakan, ada dua faktor utama melonjaknya COVID-19 di Timur Tengah. Pertama akibat varian delta, kedua akibat rendahnya vaksinasi.

“WHO khawatir peningkatan COVID-19 saat ini dapat terus memuncak dalam beberapa minggu mendatang, dengan konsekuensi terjadi bencana,” kata WHO dikutip dari Reuters, Kamis (15/7).

Selain itu, WHO menyoroti banyak masyarakat Timur Tengah kurang patuh terhadap protokol kesehatan. Banyak masyarakat lengah setelah delapan minggu penularan COVID-19 sempat menurun.

WHO kemudian secara khusus menyoroti Tunisia sebagai negara dengan tingkat kematian virus corona per kapita tertinggi di kawasan Afrika.

Lalu Iran juga tidak luput dari perhatian WHO karena kasus harian naik hampir dua kali lipat selama empat minggu hingga awal Juli.

WHO kemudian merekap jumlah jumlah kasus COVID-19 di Timur Tengah. Tercatat jumlah kasus positif lebih dari 11,4 juta. Sedangkan lebih dari 223.000 pasien meninggal dunia.

Oleh sebab itu WHO meminta masyarakat Timur Tengah meningkatkan kewaspadaan karena Minggu depan banyak negara akan merayakan Idul Adha.

Setelah perayaan Idul Adha berpotensi terjadi lonjakan COVID-19 karena banyaknya kerumunan masyarakat.



[ad_2]

Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *