Hotline Redaksi: 0817-21-7070 (WA/Telegram)
Hiburan

Midnight Mass Review: Ketika Seorang Radikal Salah Persepsi Tentang Ajaran Agama

264
×

Midnight Mass Review: Ketika Seorang Radikal Salah Persepsi Tentang Ajaran Agama

Sebarkan artikel ini
Midnight Mass Review: Ketika Seorang Radikal Salah Persepsi Tentang Ajaran Agama

[ad_1]

“Midnight Mass” merupakan Netflix Original Series terbaru, sekali lagi dari Mike Flanagan. Sukses dengan “Rumah Berhantu di Bukit” dan “Menghantui Bly Manor”, Mike hendak menyuguhkan serial dengan konsep terbaru jika dibandingkan dengan dua serial sebelumnya. “Midnight Mass” semakin kental dengan nuansa gothic horror yang menjadi signature vibe dari sutradara horror favorit Netflix ini.

Berlatar di pulau kecil dengan komunitas gereja Katolik yang masih konservatif, Crockett Island, sebuah keajaiban mulai melingkupi pulau tersebut ketika seorang pendeta muda datang ke gereja St. Patrick. Pendeta Paul Hill ternyata tidak hanya membawa ‘keajaiban’ ke Crockett Island, namun ‘sesuatu’ yang lebih berkuasa untuk memberikan kehidupan kekal atau justru kutukan dan kebinasaan.

Sederet Karakter dengan Penokohan Kuat, Didukung dengan Penampilan Akting Berkelas

Bagi penggemar serial Mike Flanagan di Netflix, pasti sudah tidak asing lagi dengan beberapa cast dalam “Midnight Mass”, khususnya Kate Siegel dan Rahul Kohli. Dimana keduanya memiliki karisma yang ikonik sebagai aktor/aktris dalam karya sutradara ini.

Ada banyak aktor baru yang masuk dalam deretan cast dengan penampilan yang berkesan. Mulai dari Zach Gilford (sebagai Riley Flynn), Samantha Sloyan (sebagai Beverly Keane), dan Hamish Linklater (sebagai Pendeta Paul Hill).

Cukup serupa dengan serial Mike sebelumnya, “Midnight Mass” memiliki kisah yang tidak fokus pada satu karakter saja sebagai protagonis. Setiap karakter memiliki penokohan dan latar belakang masing-masing yang akhirnya membentuk sebuah komunitas otentik.

Ada Pendeta yang dipuja, wanita yang mendominasi komunitas, sheriff yang menjaga keamanan, dan berbagai penduduk dengan profesi masing-masing yang mudah dikenal dalam komunitas pulau terpencil. Tidak ada protagonis dengan plot armor, semua sama dihadapan sebuah fenomena supranatural yang mampu mempengaruhi siapapun.

Hamish Linklater berhasil memberikan penampilan yang otentik sebagai seorang pendeta Katolik. Mulai dari pembawaan, hingga unsur misterius sekaligus kengerian yang janggal berhasil Ia pancarkan melalui akting-nya. Samantha Sloyan juga berhasil menjadi “Karen”-nya Crockett Island. Ketika kita menyadari betapa menyebalkan karakter satu ini, di situlah kita akan menyadari kualitas akting dari sang aktris.

Misa Tengah Malam Netflix

Ketika Seorang Radikal Agama Salah Menafsirkan Firman Tuhan

Setiap episode “Midnight Mass” memiliki judul sesuai dengan injil dalam alkitab Katolik. Lebih dari sekadar estetika produksi atau gimmick dalam karya bertema gothic horror, penulis naskah tampaknya cukup memahami ideologi dasar yang dianut umat Katolik dan ayat-ayat alkitabnya. Ada cukup banyak kutipan alkitab yang menjadi materi sebuah dialog mendalam.

Kita bisa melihat interaksinya dengan Riley sebagai karakter yang tidak percaya Tuhan, ada juga Sheriff Hassan yang dalam kisah ini beragama Muslim. Ada banyak perbincangan seputar kematian, keyakinan, hingga ilmu pengetahuan yang muncul dalam serial ini.

Dengan mengacu pada ideologi dan ajaran agama Katolik, “Misa Tengah Malam” tidak berarti menodai agama tertentu. Poin terpenting dari keseluruhan cerita dalam seri ini adalah bagaimana kengerian yang sebenarnya dapat diciptakan melalui kesalahpahaman radikal tentang ajaran agamanya. Pembenaran diri dan pemikiran sempit dapat membawa seseorang pada keyakinan yang salah arah, kemudian menimbulkan teror dan bencana.

https://www.youtube.com/watch?v=y-XIRcjf3l4

Konsep Gothic Horror yang Memberikan Sentuhan Artistik pada Produksi Serial

“Midnight Mass” memiliki konsep produksi yang sangat kental dengan nuansa Katolik pada setiap aspeknya. Mulai dari komunitas gereja yang menjadi objek utama, naskah dengan referensi ayat-ayat kitab suci, hingga berbagai adegan misa yang terasa natural dan lagu-lagu pengiring ala choir gereja. “Midnight Mass” memiliki vibe yang cukup serupa dengan film “Iblis Sepanjang Waktu” (2020) dan “Saint Maud” (2019).

Desain lokasi dan kostum setiap karakter telah memberikan visual yang ikonik, melengkapi penokohan. Rasa terisolasi dan atmosfer yang konservatif menjadi kemasan sempurna untuk menghidupkan Crockett Island sebagai latar utama kisah.

Beberapa adegan krusial juga memiliki arahan atau storyboard yang dramatis untuk meninggalkan kesan pada penonton. Namun, dengan materi agama yang spesifik, kesan yang berbeda bisa muncul dari setiap penonton. Tergantung latar belakang keyakinan hingga ideologi pribadi.

“Midnight Mass” bisa jadi merupakan serial terbaik dari Mike Flanagan sejauh ini. Lebih dari sekadar kisah horor di sebuah pulau terpencil, naskah serial ini memiliki dialog mendalam seputar keyakinan yang menarik untuk disimak.

.
#Midnight #Mass #Review #Ketika #Seorang #Radikal #Salah #Persepsi #Tentang #Ajaran #Agama



[ad_2]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *