Eks Kepala Balai Besar POM di Surabaya Singkap Kasus PT NS Yang Mangkrak Tepat Enam Tahun Pada Hari Ini
Suara Pembaruan.com — Di suatu sore yang hangat di Kafe Mataangin Pamulang, di momen ngabuburit gemerisik percakapan yang hangat dan serius terdengar.
Sejumlah tokoh bergenggam merajut benang diskusi yang penuh makna.
Ngabuburit, sebuah tradisi menanti berbuka puasa, menjadi momen yang sempurna untuk berbincang-bincang.
Diskusi jelang buka puasa itu nara sumbernya Drs Sapari, Apt M Kes, eks-Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Surabaya. Beliau tampak tegar, membawa aura kearifan dan keberanian yang mengilhami yang lain.
Bersama dengan media massa dan pengamat farmasi serta kesehatan seperti Ahmad Subagio SSI, M Farm, dan Zaky Mubarok, mereka merangkai cerita pahit tentang perjalanan hukum yang tak kunjung menemui titik terang.
Mereka bukan hanya sekadar pengamat dari kejauhan, tetapi juga bagian dari jalinan kasus yang menjadi sorotan publik.
Pengamat Farmasi dan kesehatan Ahmad Subagio mendukung kasus yang terjadi enam tahun lalu agar cepat tuntas. Kasus yang melibatkan PT NS telah membawa dampak yang luar biasa, bahkan sampai ke terjatuhnya seorang pemimpin lembaga penting seperti mantan Kepala BBPOM di Surabaya.
Menanggapi itu Sapari, dengan semangat yang tak padam, menjelaskan bahwa perjuangan ini tidak semata-mata untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk mendukung transparansi dan keadilan di bidang obat dan makanan.
Di bawah pemerintahan Presiden Jokowi, upaya untuk memperjuangkan integritas dan penegakan hukum menjadi suatu keharusan.
Namun, di tengah-tengah semangat itu, Sapari tidak bisa menutupi kekecewaannya terhadap perlakuan yang tidak adil yang ia alami.
Pemberhentian mendadak dari jabatannya sebagai Kepala BBPOM di Surabaya pada tahun 2018 menjadi pukulan telak bagi Sapari. Perlakuan yang tidak berdasar dan tidak adil yang diterimanya membuatnya bertanya-tanya tentang keberadaan keadilan di negeri ini.
Dalam pengungkapannya, Sapari tidak ragu untuk menyebut bahwa ada dugaan intervensi dari pihak-pihak tertentu dalam penyelesaian kasus ini. Perlambatan proses hukum dan berbagai kontroversi yang muncul semakin menguatkan dugaan akan adanya konspirasi yang menghambat keadilan.
Di sela-sela diskusi yang penuh gairah itu, Sapari juga menyoroti pentingnya komitmen dari penegak hukum untuk membuktikan integritas dan keadilan mereka. Sebagai bagian dari masyarakat, tuntutan akan transparansi dan akuntabilitas dalam penegakan hukum menjadi semakin mendesak.
Sementara matahari mulai merunduk di ufuk barat, diskusi di Kafe Mataangin Pamulang itu masih berlanjut.
Usai buka puasa, kembali percakapan dan diskusi berlangsung lagi, semangat untuk memperjuangkan keadilan terus menyala. Mereka adalah pahlawan-pahlawan modern yang tak kenal lelah dalam merawat nilai-nilai kebenaran dan keadilan di tengah kompleksitas hukum dan politik.