[ad_1]
Para pemimpin Kelompok 20 (G20) ekonomi terbesar dunia pada Selasa (15/11) memulai pembicaraan di pulau Bali. KTT itu dirusak oleh perpecahan yang timbul akibat perang di Ukraina.
Para pemimpin akan merilis pernyataan di mana “sebagian besar” anggota akan mengutuk keras perang Rusia melawan Ukraina, kata seorang pejabat senior pemerintah Amerika Selasa pagi dalam pengarahan kepada wartawan.
Pernyataan itu, yang dijadwalkan dirilis pada akhir KTT akhir pekan ini, dirancang untuk menunjukkan bahwa kelompok itu mengisolasi Rusia, anggota G20, kata pejabat tersebut. Tetapi tidak jelas berapa banyak negara yang akan menandatangani.
Meskipun para pemimpin menyepakati tiga pilar prioritas G20 yang didorong Indonesia di bawah kepresidenannya arsitektur digital, transisi energi, dan transformasi digital, pernyataan tentang Rusia adalah poin penting yang membuat komunike bersama, atau deklarasi yang disetujui semua pihak pada akhir KTT, tampaknya tidak mungkin, kata sumber-sumber diplomatik kepada VOA.
Dalam sambutan pembukaan, sebelum para pemimpin memulai diskusi tertutup, tuan rumah G20 Presiden Jokowi memohon para anggota untuk tidak membiarkan perpecahan karena invasi Rusia di Ukraina menggagalkan agenda mereka untuk persatuan dan pemulihan ekonomi.
“Kita tidak punya pilihan lain, kolaborasi diperlukan untuk menyelamatkan dunia,” kata Jokowi. Ia menambahkan bahwa anggota tidak hanya bertanggung jawab kepada warganya tetapi juga dunia. “Tanggung jawab berarti mengakhiri perang,” kata Jokowi.
“G20 harus menjadi katalis pemulihan ekonomi yang inklusif. Kita tidak seharusnya memecah dunia menjadi beberapa bagian,” imbuh Jokowi. “Kita tidak boleh membiarkan dunia kembali jatuh ke dalam perang dingin.”
Dalam kemungkinan kritik terselubung terhadap Rusia, Presiden China Xi Jinping menyatakan tentangannya menjadikan pangan dan energi sebagai “senjata.” [ka/ab]
[ad_2]