Oleh: Meilita Laurens
Di media sosial ramai dibicarakan bank sampah. Dimana penyadaran untuk membuang sampah plastik, yang kemudian divaluasi dengan nominal uang.
Video yang mengunggah kesadaraan kita, bahwa kreatifitas bisa dilakukan, dalam periode pandemi atau di new era. Bisa juga menghasilkan uang. Coba klik ini:
Untuk mendapatkan sejumlah uang pun, bisa dilakukan dengan kita mengumpulkan sampah organik. Di sudut stasiun MRT itu kita bisa menyetor melalui Waste Station Rekosistem.
Nantinya, sampah yang diterima akan dipilah, kemudian didistribusikan ke mitra pengolahan sampah untuk diolah menjadi pakan ternak, pupuk, dan biogas. Sementara sampah anorganik akan menjadi material daur ulang dan energi terbarukan.
Seru juga jika kita telah melihat video tersebut. Kebiasaan ini, kiranya menjadi viral dan menjadi sebuah gerakan atau bahkan hal-hal baik dan positif.
Walau kecil, tapi setidaknya kita sudah bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan bumi kita tercinta ini.
Hal lain dari refleksi dari pandemi ini, kita juga bisa memantau bumi semakin bersih tanpa polusi. Pasalnya, aktivitas ekonomi melambat, menjadikan “akrobat” kendaraan di jalan raya dan mesin-mesin pembuat polusi terkurangi.
Tentu kita masih ingat. dimana ada foto yang sempat jadi populer. Foto Jakarta dengan latar belakang gunung. Indah nian. Bersih dan segar.
Tagar #langitjakarta menjadi trending topic di media sosial Twitter.
Tagar #langitjakarta mengindikasikan cerahnya langit ibu kota Jakarta, berwarna biru terang dengan awan-awan putih yang terlihat jelas, tanpa terhalau kabut polusi.
Selain trending langit biru yang cerah di Jakarta, banyak anggota masyarakat menyebut polusi udara di Kota Jakarta juga lebih rendah daripada biasanya pada tahun 2020 lalu.
Padahal, Kota Jakarta telah lama dikenal dengan kota metropolitan yang kualitas udaranya buruk karena polusi dan emisi karbon.
Secara kasatmata, langit biru dan cuaca cerah memang terasa membawa udara segar untuk warga ibu kota Jakarta.
Juga menarik, melihat banyak orang yang bergaya hidup gowes, berolahraga dengan sepeda, yang tak membuat polusi. Hingga kemudian, kesadaran untuk memakai kendaraan listrik pun, sekarang ini menjadi sebuah fenomena baru.
Ujung-ujungnya, harus diakui new era membuat banyak hal baru yang muncul dan menjadikan kita ramah terhadap bumi dan alam.
Menyelamatkan Bumi
Sepertinya hal ini heroik sekali. Tapi, mengapa hal ini dicoba dan dimulai dari sekarang. Tentunya, yuk kita memulainya dari lingkungan sekitar dan hal-hal paling dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan membiasakan diri melakukan hal-hal kecil dan sederhana berikut, kita sudah menjadi bagian dalam aksi penyelamatan bumi.
Mulailah kita memberi contoh-contoh kebiasaan baik itu kita tularkan kepada lingkungan terdekat kita, yaitu keluarga kita, anak-anak kita, dan lingkungan.
Life style di masa pandemi memang sesuatu yang baru. Olahraga, WFH alias work from home menjadi hal yang terbiasakan karena situasi.
Sikap banyak orang yang pergi ke supermarket dengan membawa kantong belanjaan sendiri juga sudah terasa di mana-mana, khususnya kaum terpelajar.
“Diet kantong plastik”
Agaknya sudah banyak dilakukan orang umum dan menjadi sebuah kesadaran diri. Termasuk membiasakan diri dengan menerapkan membawa botol minum dam tempat makan sendiri ke lokasi makan.
Artinya, “diet plastik” ini bukan saja menjadi virus menular ke tubuh, dalam gaya hidup dan jaga protokoler 3 M (Masker, rajin Mencuci tangan dan Menjaga jarak) plus hindari kerumunan.
Yang juga muncul saat ini, kesadaran hemat listrik.
Entah apa karena “ngirit” atau kesadaraan diri, tapi di lingkungan teman dan memantau situasi. Banyak dari antara kita sudah menganut, dimana dan kapan perlu saja.
Tindakan “irit listrik” dengan tak membiarkan TV “ngomong sendiri”. Kemudian, mematikan steker yang tidak perlu, padamkan lampu bila tidak diperlukan. Habit yang baik, terkait efesiensi bujet hidup juga.
Efek WFH (work from home)
Artinya adalah bekerja dari rumah. Banyak juga yang kemudian jadi membereskan rumahnya, membersihkan gudang. Melihat lagi, apa isi rumah yang tak terpakai untuk dimanfaatkan. Tak boros.
Bahkan, kepedulian terhadap sesama menjadi kuat. Kalaupun tak dipakai diri sendiri, ada empati untuk memberikan barang-barang bekas atau tak terpakai, ke orang yang membutuhkan.
Pembantu rumah tangga saya, demikian gembira, tatkala dari menjual koran-koran bekas bisa mendapatkan “uang kaget”. Koran atau majalah bekas itu dijual, kemudian ia dan keluarganya bisa bahagia membeli susu dan keperluan yang ada.
Saya juga memperhatikan, mereka membuat sesuatu yang unik, dari barang bekas.
Di toko-toko souvenir, vas bunga yang cantik, tempat tissue, pigura photo yang tidak kita sadari bahwa ternyata bahan dasarnya terbuat dari koran bekas yang diolah sebagai bubur kertas terlebih dahulu.
Bila kita pergi ke bengkel, atau tempat penambalan ban, banyak kita temui ban-ban bekas yang ditelantarkan, sayang sekali.
Nah. Daripada dibakar hanya akan menimbulkan polusi udara, coba kita buat sesuatu yang bermanfaat dan bisa mendatangkan pendapatan tambahan untuk ekonomi keluarga kita.
Ban bekas ini dapat dimanfaatkan menjadi produk yang sangat bermutu. Anda bisa mencontek kreatifitas dari youtube.
Banyak sekali produk ban bekas yang indah, seperti kursi, pot bunga, meja dan alat yang digunakan untuk memproduksi terbilang sangat sederhana, hanya sebuah pisau, dan gunting yang tajam untuk memotong ban-ban bekas tersebut, dan dianyam untuk menjadi seperangkat meja. Atau kursi taman.
Jika menyimpan banyak CD di rumah, botol atau kaleng bekas juga manfaatkan saja.
Menyulap Ide Diaplikasikan Diri Sendiri
Di daerah di mana saya berasal, yaitu ambon, kakek saya sangat mahir dalam menyulap barang bekas dari botol atau kaleng menjadi barang-barang yang indah.
Karena kakek saya gemar melukis, dirubahnya menjadi sebuah media lukisan yang menarik, dan banyak orang yang tertarik untuk membelinya.
Di samping botol bekas, kaleng bekas dapat disulap menjadi berbagai wadah yang berguna seperti misalnya tempat pensil, celengan dan lain-lain.
Nah akhir kata, tetaplah kita berkreasi. Jangan patah semangat. Lakukan sesuatu, minimal lakukan dari ide-ide itu.
Seperti tulisan ini, bukan soal menyelamatkan bumi atau mengisi kreatifitas di masa pandemi saja. Yang penting dari semua itu, diawali dari diri sendiri. Makanya kita harus melakukan sesuatu. Mulailah dari sendiri. Salam sehat.
Bersama Presiden Jokowi di Kebun Raya Bogor #sebelum masa pandemi