[ad_1]
Seiring menghangatnya cuaca di Amerika Serikat (AS), berbagai festival pun diselenggarakan. Namun, tidak ada yang menandingi festival budaya Passport DC di Washington DC, Ibu Kota AS.
Selama penyelenggaraan festival yang berlangsung satu bulan penuh digelar sebulan penuh, para pengunjung bisa memasuki kantor-kantor kedutaan dan perwakilan negara asing untuk menikmati beragam acara budaya.
Passport DC mengkhususkan dua hari Sabtu pertama pada Mei untuk “open house” kedutaan dan perwakilan negara. Ada sekitar 60 dari 170 kedutaan di rute Passport DC yang membuka pintu lebar-lebar dan menyambut pengunjung.
Pada Sabtu, 6 Mei, para pengunjung bisa mengikuti “Around the World Embassy Tour” (AWET). para pengunjung bisa keliling menyambangi kedutaan-kedutaan besar yang terletak di sekitar Embassy Row, yang membentang dari Massachusetts Avenue NW, melintasi Dupont Circle dan Upper Northwest. Pada Sabtu, 13 Mei, para pengunjung bisa mendatangi kedutaan besar negara-negara Uni Eropa.
Selain memamerkan keunikan kantor kedutaan masing-masing, disajikan pula pertunjukkan seni budaya, wisata kuliner, pameran pakaian dan kerajinan tradisional, hingga mengajak pengunjung untuk langsung terlibat membuat pernak-pernik khas negara bersangkutan, menyanyi dan menari.
Kedutaan Besar Yordania menghadirkan Band Angkatan Bersenjata, yang sebagian anggotanya perempuan.
Kedutaan Besar Paraguay mengajak pengunjung menari “danza paraguaya” atau tarian khas Paraguay dengan melodi yang cepat dan hidup.
Sementara Kedutaan Besar Arab Saudi mendatangkan beberapa ekor kuda, menyajikan makanan khas dan permainan biola, serta memberi kesempatan pada pengunjung untuk menghias tangan mereka dengan lukisan bunga yang indah, menggunakan tinta temporer.
5.100 Tamu Sambangi KBRI
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC adalah salah satu yang paling ramai didatangi pengunjung. Lebih dari 5.100 pengunjung rela antri hingga hampir satu jam untuk dapat memasuki kompleks kedutaan, yang tercatat sebagai salah satu gedung bersejarah di AS.
Duta Besar RI untuk AS Rosan Roeslani ikut hadir menyapa dan berfoto bersama para pengunjung.
“Alhamdulillah, sangat ramai. Ini menunjukkan ketertarikan warga Amerika pada Indonesia yang sangat tinggi. Acara ini akan semakin mempererat hubungan Indonesia dan Amerika di tingkat masyarakat, dan meningkatkan minat wisatawan Amerika untuk datang ke Indonesia,” ujarnya saat membuka acara.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu daya tarik utama adalah gedung KBRI yang dulu dikenal sebagai “Walsh Mansion.” Gedung itu dibangun pada 1903 oleh Thomas F. Walsh, pemilik tambang emas di Colorado dan salah satu orang terkaya di Amerika pada zamannya.
Selain Ruang Presiden, di mana tergantung foto-foto presiden Indonesia dari masa ke masa, ada pula bagian tangga menuju ke lantai dua yang terbuat dari kayu mahoni berwarna coklat yang sangat indah, membelah di tengah menyerupai huruf “Y.”
Patung dua penari Roma ada di persimpangan seakan menyambut kedatangan siapa pun yang datang berkunjung. Para pengunjung berebut untuk berfoto di depan tangga ini.
Pengunjung juga diajak melihat replika “Hope Diamond,” berlian berwarna biru 45 karat yang dulunya dimiliki Evalyn Walsh-McLean, putri Thomas Walsh. Beragam tarian tradisional, seperti tari Maumere dan Jaipongan, yang dipentaskan anak-anak Indonesia, ikut membuat sebagian pengunjung menari.
Sementara berbagai produk Indonesia yang terkenal, seperti kopi dan teh, mie goreng, dan agar-agar membuat pengunjung antre panjang.
Ratna Cary, seorang perempuan Indonesia yang menikah dengan diplomat Amerika, yang ikut mengajak pengunjung “membatik” dan membawa pulang hasil kerajinan tangan itu, mengatakan “sangat bangga karena semua yang disuguhkan mendapat respon sangat antusias.”
Selain mengajari pengunjung membatik dengan canting, Ratna juga memberi informasi tentang jenis-jenis batik tulis, batik cap dan batik lukis; serta motif-motif khasnya. “Saya sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk ikut serta memperkenalkan sebagian dari Indonesia. Kegiatan yang tampak sangat sederhana, seperti membatik, mendapat apresiasi luar biasa dari para pengunjung,” tambahnya.
Henry William, salah seorang pengunjung yang datang bersama keluarganya, mohon izin agar putranya yang masih balita dapat duduk di ujung tangga untuk berfoto. Ia mempelajari dengan rinci setiap keterangan yang ada di foto-foto yang dipasang di berbagai ruangan kedutaan.
“Saya bahagia akhirnya bisa masuk. Sebelumnya saya hanya melihat-lihat dari luar setiap melintasi jalan di depan kedutaan ini,” ujarnya sambil meminta agar “buku paspor”nya diberi stempel Indonesia.
Events DC, yang menjadi penyelenggara acara ini, memang menyediakan semacam “buku paspor” buatan yang membuat pengunjung bisa mendapatkan stempel dari kedutaan dan kantor perwakilan yang mereka datangi. Serasa bepergian langsung ke negara tersebut, dan mendapat stempel di paspor.
Selain Passport DC, bulan Mei ini juga akan diramaikan dengan pesta berbelanja tanaman dan hadiah “Flower Mart,” dan “Fiesta Asia” yang akan menampilkan pameran interaktif, pertunjukkan kesenian, pasar dan kedai makanan khas. [em/ft]
[ad_2]