[ad_1]
Tokyo, Majalahtime.com – Pabrikan otomotif kondang asal Jepang – Honda Motor – kini semakin bergantung pada bisnis sepeda motor sebagai penghasil fulus di tengah gonjang-ganjing industri akibat kelangkaan semikonduktor dan transisi menuju mobil listrik. Terlebih, hingga kini motor Honda masih mencengkeram pangsa pasar terbesar di dunia.
Sebagaimana dilaporkan Nikkei, Senin (15/11/2021), Honda hingga tahun 2020 lalu masih menguasai 34% pangsa pasar dalam penjualan global kendaraan bermotor roda dua.
“Sementara di semster pertama tahun fiskal 2021/2022 (yakni dari April – September 2021) sepeda motor memang hanya menyumbang 15% ke penjualan konsolidasi dan jauh di bawah penjualan mobil yang sebesar 63%. Namun dalam hal laba usaha, sepeda motor menyumbang 34% dan mobil 27%,” tulis Nikkei mengutip keterangan resmi Honda.
Pabrikan memproyeksikan laba bersih konsolidasi akan turun 16% menjadi 555 miliar yen pada tahun fiskal 2021/2022 yang berakhir Maret 2022 nanti. Ini terjadi karena kekurangan chip global yang memicu pengurangan produksi mobil.
Namun, sepeda motor telah menemukan “kehidupan baru”, terutama di pasar negara berkembang. Kendaraan roda dua memperoleh 148,1 miliar yen dalam laba operasi segmen selama semester pertama (April hingga September). Nilai ini naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Maklum, “kuda besi” itu tidak menggunakan semikonduktor dan kebanyakan kebal terhadap kekurangan pasokan. Lantaran itulah penjualan semua sepeda motor Honda pada tahun fiskal ini diperkirakan melonjak 16% menjadi 17,5 juta unit.
Lebih tingginya tingkat keuntungan yang dibukukan sepeda motor ketimbang keuntungan yang dicatatkan mobil telah terbukti sejak tahun fiskal 2018/2019. Segmen ini sekarang menjadi yang paling menguntungkan kedua di belakang divisi jasa keuangan dalam keseluruhan bisnis Honda.
Moncernya bisnis sepeda motor juga tak lepas dari strategi yang dimainkan oleh lengan bisnis pabrikan di sejumlah negara. Di Thailand misalnya, sejak tahun 2018, Honda membuka diler sepeda motor yang terintegarsi dengan kafe.
Sehingga tempat bisnis Honda menjadi daya tarik tersendiri di kalangan pembeli muda. Melalui strategi ini, Hond telah menangkap permintaan lokal dan mempertahankan daya tarik produknya.
“Permintaan sepeda motor berbeda-beda menurut tingkat pendapatan negara tertentu, perjalanan kerja dan kebutuhan rekreasi. Karena Honda memiliki pangsa nomor satu dan banyak diler, sehingga mudah untuk membetot perhatian konsumen,” ungkap Honda Business Planning Head, Nobuhide Nagata.
Strategi lainnya adalah mengintegrasikan fungsi pengembangan sepeda motor di anak perusahaan ke kantor pusat. Dengan begitu, dihasilkan penghematan biaya.
Melalui cara seperti itu, Honda hanya menghabiskan 92 miliar yen untuk belanja modal bagi penelitian dan pengembangan sepeda motor. Anggaran ini hanya sepersepuluh dari total yang diinvestasikan dalam mobil.
Bahkan hanya setara dengan 5% dari penjualan, dan jauh di bawah anggaran yang sama di tahun 2008 yang sebesar 12%. Walhasil laba yang dikantongi pun semakin banyak.
Strategi ini terbukti tokcer dalam menyeimbangkan antara pengeluaran dan pendapatan perusahaan di tengah langkah Honda yang menggelontorkan dana besar untuk pengembangan mobil listrik. Maklum, pabrikan ini sudah memaklumkan tekad dan targetnya hanya akan menjual mobil elektrifikasi saja di tahun 2030 nanti. (Fer/Ara)
[ad_2]