[ad_1]
Tahukah Parents, Istana Pagaruyung sebagai obyek wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat. Istana ini merupakan rumah Gadang terbesar yang terletak di Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.
Rumah Gadang adalah rumah adat suku Minangkabau. Rumah Gadang memiliki arsitektur yang megah, tahan gempa serta mengandung nilai filosofi kehidupan.
Rumah adat yang megah ini didesain tahan terhadap gempa, karena wilayah Minangkabau merupakan daerah rawan gempa. Pada bagian atapnya mirip tanduk kerbau berbentuk bergonjong runcing menjulang, hal inilah yang menyebabkan Rumah Gadang juga disebut Rumah Adat Bagonjong.
Desain arsitektur Rumah Gadang yang memukau ini telah menjadi inspirasi sampai mancanegara. Desainnya diadopsi oleh Ton van de Ven dalam membangun The House of the Five Sense di Belanda sebagai bangunan konstruksi kayu beratap jerami terbesar di dunia menurut Guinness Book of Records. Bangunan ini sebagai pintu gerbang utama dari Taman Hiburan Efteling di Negeri Belanda.
Yuk, kenali lebih dalam tentang Rumah Gadang khas Minangkabau mulai dari Arsitektur anti gempa, sampai filosofinya.
Arsitektur Megah dan Tahan Gempa
Rumah gadang terbagi dua bagian yaitu depan dan belakang. Bagian depan dipenuhi ukiran ornamen bermotif akar, bunga, daun, bidang persegi dan jajargenjang. Bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu.
Rumah adat khas Minang ini memiliki satu tangga yang terletak di depan. Sementara dapur dibangun terpisah pada bagian belakang rumah yang dihimpit pada dinding.
Wilayah Minangkabau rawan Gempa karena berada di pegunungan Bukit Barisan, sehingga arsitektur Rumah Gadang memperhitungkan desain yang tahan terhadap gempa. Seluruh tiang rumah tersebut tidak ditanamkan ke dalam tanah, tetapi bertumpu di atas batu datar yang kuat dan lebar.
Meskipun tradisional, namun rumah ini telah menggunakan teknologi mutakhir berupa pasak. Seluruh sambungan setiap pertemuan tiang dan kasau (kaso) besar tidak memakai paku, tetapi memakai pasak yang juga terbuat dari kayu.
Ketika gempa terjadi, Rumah Gadang akan bergeser secara fleksibel seperti menari di atas batu datar tempat tonggak atau tiang berdiri. Begitu pula setiap sambungan yang dihubungkan oleh pasak kayu juga bergerak secara fleksibel. Rumah tradisional ini tahan terhadap gempa dan tidak akan roboh.
Artikel terkait: Menggunakan adat minang, ini kumpulan foto pernikahan Irish Bella dan Ammar Zoni
Nilai-nilai Filosofi dalam Kemegahan Rumah Gadang
Rumah khas Minangkabau biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk suku tersebut secara turun-temurun dan hanya diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut.
Falsafah hidup orang Minangkabau yang utama adalah Alam Takambang Jadi Guru. Jadi? semua hal selalu melalui proses meniru dan belajar dari lingkungan alam sekitar. Begitupun ketika membangun tempat tinggal.
Menurut tradisinya, tiang rumah utama disebut tonggak tuo yang berjumlah empat buah diambil dari hutan secara bergotong royong oleh anak Nagari. Tiang yang digunakan berasal dari pohon Juha yang lurus dan sudah tua. Batang pohon tersebut direndam di kolam selama bertahun-tahun. Kemudian menjadi keras dan tidak bisa dimakan rayap sehingga bisa bertahan lama sebagai tonggak tuo.
Hal inilah yang menjadi kunci sehingga Rumah Gadang tradisional mampu bertahan hingga ratusan tahun melintasi zaman. Prosesi mengangkat pohon disebut sebagai membangkit batang tarandam, dalam bahasa minang artinya membangkitkan pohon yang direndam. Mendirikan tonggak tuo dipandang sebagai menegakkan kebesaran.
Bagian-bagian Rumah Gadang
Pada zaman dahulu, di bagian bawah tangga ada batu dan cibuak untuk mencuci kaki. Bentuk atap mirip dengan tanduk kerbau, ada juga yang mengatakan meniru Siriah basusun (daun sirih yang bersusun). Hal ini melambangkan rumah sebagai tali penyambung silaturahmi dan kekeluargaan.
Di halaman depan bagunan rumah biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Pada bagian dalam terbagi atas depan dan belakang yang disebut lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang dari kiri ke kanan.
Rumah adat Minang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjuang sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang.
Anjung pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga, sedangkan pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya. Hal ini sesuai filosofi yang dianut, golongan pertama menganut prinsip pemerintahan yang hierarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan kedua anjuang seolah-olah mengapung di udara.
Artikel terkait: 9 Pasangan Artis Ini Menikah dengan Adat Minang, Elegan dan Memesona!
Kamar untuk Perempuan
Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama. Seluruh bagian dalam rumah tersebut merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya.
Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.
Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.
Nah Parents, demikianlah kekayaan budaya Minangkabau dari Rumah Gadang yang memiliki nilai-nilai filosofis dan arsitektur yang megah dan tahan gempa.
Baca juga:
5 Ritual atau Tradisi Kehamilan di Berbagai Daerah Indonesia
7 Fakta Uang Panai dalam Pernikahan Bugis Makassar, Tradisi atau Gengsi?
Kaya Budaya! 123 Jenis Tarian Tradisional dari Berbagai Daerah di Indonesia
[ad_2]