[ad_1]
Tak hanya kurang nutrisi, nyatanya rokok tingkatkan risiko stunting pada anak. Hal ini telah dibuktikan secara ilmiah berdasarkan studi yang dilakukan oleh Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI).
Anak-anak yang memiliki orangtua perokok memiliki tinggi badan 0,34 cm dan berat badan 1,5 kg lebih rendah dari anak dengan orangtua non-perokok. Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya? Simak informasi selengkapnya berikut ini.
Hasil Studi: Rokok Tingkatkan Risiko Stunting, Ini Faktanya
Kebiasaan merokok telah terbukti memberikan dampak negatif pada si perokok sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh PKJS UI membuktikan bahwa anak-anak yang memiliki orangtua perokok cenderung lebih rentan mengalami stunting.
Wakil Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah FEB UI, Dr. Abdillah Ahsan, menjelaskan, stunting pada anak bisa terjadi apabila uang yang seharusnya bisa digunakan untuk membeli makanan bergizi bagi anak disalahgunakan untuk membeli rokok.
“Sekitar 70 persen laki-laki usia kerja 25 sampai 45 tahun merokok. Artinya para pencari nafkah uangnya dipakai merokok dan akan mengurangi upaya kita untuk mencegah stunting dan kurang gizi,” katanya seperti dikutip dari Suara.com dalam acara Media Briefing Kenaikan Tarif Cukai Tembakau di Gedung Kemenkes circa 2019.
Berdasarkan data dari PKJS UI tahun 2018 menunjukkan, bayi yang lahir dari keluarga perokok memiliki tinggi badan 0,34 cm lebih rendah dan berat badan 1,5 kg lebih ringan dari tinggi badan dan berat badan ideal. Ini menunjukkan bahwa anak-anak terancam tak mendapatkan gizi yang mencukup di masa pertumbuhan mereka hingga dapat mengalami stunting.
Baca juga: Stunting pada Anak Bisa Memengaruhi Masa Depannya, Parents Wajib Tahu
Apa Itu Stunting pada Anak? Kenali Penyebab dan Dampaknya
Stunting adalah kondisi ketika anak memiliki tinggi di bawah rata-rata ideal. Patokan ideal ini menggunakan kurva pertumbuhan yang telah dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Nahasnya, Indonesia saat ini menempati posisi ke-3 untuk jumlah anak dengan stunting terbanyak di Asia Tenggara. Lalu, apa penyebab kondisi ini?
Dijelaskan dr. Meta Herdiana Hanindita, Sp.A (K) stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi selama 1.000 hari pertama atau sejak anak lahir hingga berusia 2 tahun. Asupan gizi yang tidak tercukupi ini bisa terjadi karena ada masalah saat hamil, melahirkan, menyusui, pemberian MPASI yang tidak tepat, lingkungan yang buruk, hingga pola pengasuhan yang tidak tepat.
Ciri-ciri ketika anak mengalami stunting dapat dilihat dari lambatnya kenaikan berat badan pada anak. Termasuk pada tinggi badan anak. Meski demikian, dr. Metta menegaskan bahwa anak yang tubuhnya pendek tidak selalu mengalami stunting. Namun perlu digarisbawahi bahwa jika anak mengalami stunting, akan memengaruhi perkembangan kognitif anak, seperti penurunan tingkat kecerdasan.
Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki sistem imun yang buruk sehingga mudah sakit. Ketika sakit, penyembuhannya juga memakan waktu yang lebih lama. Stunting juga berdampak lebih jauh, yaitu sulit mendapat pekerjaan ketika dewasa dan mudah terserang penyakit diabetes, hipertensi, juga obesitas.
Baca juga: Jika anak terdiagnosis stunting, ini yang perlu Parents lakukan
3 Alasan Mengapa Rokok Bisa Sebabkan Stunting pada Anak
Efek merokok ternyata bisa membawa dampak secara langsung yang menyebabkan stunting pada anak. Hal ini bisa terjadi karena adanya paparan nikotin pada sel tulang rawan atau kondrosit. Tak hanya itu, asap rokok juga bisa membuat anak lebih rentan terkena penyakit pernapasan. Berikut 3 alasan mengapa rokok bisa menyebabkan stunting pada anak:
1. Paparan Nikotin
Pertumbuhan tulang pada anak bisa terhambat karena kandungan nikotin dalam rokok bereaksi secara langsung dengan kondrosit atau sel tulang rawan melalui reseptor khusus nikotin. Semakin banyak asap yang dihirup oleh anak maka semakin besar risiko terkena stunting.
Jumlah nikotin yang diisap oleh anak dapat diukur menggunakan kotinin. Konsentrasi kotinin dalam kelenjar ludah anak sekolah ditemukan sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok orangtua. Jumlah kotinin ini juga berhubungan dengan besarnya nikotin yang terdapat dalam atmosfer rumah.
Baca juga: Bisa cegah stunting, ini pentingnya protein hewani untuk MPASI bayi
2. Penyakit ISPA
Tak hanya stunting, anak dengan orangtua perokok juga dihantui risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Paparan asap rokok dalam rumah membuat anak berisiko 6 kali lebih besar terjangkit ISPA dibanding dengan anak dengan orangtua non-perokok.
Infeksi ini apabila semakin kronis atau berulang maka akan menghambat pertumbuhan anak. Lagi-lagi anak akan terancam mengalami stunting karena pertumbuhannya terhambat.
3. Kekurangan Gizi
Di masa-masa pertumbuhan, anak seharusnya mendapatkan gizi seimbang. Sayangnya, penelitian di daerah perkotaan di Indonesia menunjukkan bahwa perilaku merokok orangtua menyebabkan pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan gizi seimbang justru dialihkan untuk rokok.
Saat ini, Indonesia bahkan berada di peringkat ketiga sebagai negara dengan jumlah perokok tertinggi di dunia. Ironisnya, lebih dari separuh perokok berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebut bahwa pada keluarga miskin di Indonesia, rokok adalah pengeluaran rumah tangga terbesar kedua setelah beras.
Parents, demikian informasi mengenai hasil penelitian yang menyebutkan rokok tingkatkan risiko stunting pada anak. Semoga bisa menjadi perhatian kita bersama ya. Yuk hentikan kebiasan merokok demi masa depan anak yang jauh dari stunting.
Baca juga:
Cegah stunting pada anak sejak ia dalam kandungan, ini yang perlu dilakukan!
Mengenal stunting atau kondisi tubuh anak pendek, apa penyebabnya?
Beda dengan stunting, kenali kondisi dwarfisme yang membuat tubuh anak kerdil
[ad_2]