[ad_1]
Suara-Pembaruan.com – Jaringan bisnis dinilai Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menjadi hal yang utama dalam upaya pembangunan pertanian nasional. Dengan jaringan bisnis yang baik, pertanian nasional bisa berkesinambungan.
“Salah satu program strategis Kementerian Pertanian (Kementan) RI ialah membangun petani milenial. Dalam program ini, kami juga membangun jaringan kerja samanya. Alhamdulillah gayung bersambut, karena ternyata Pak Gubernur (DIY) juga menginginkan adanya pembangunan petani milenial, tidak hanya sekedar orangnya, tapi jaringan bisnisnya juga harus dibangun,” ungkap Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi.
Dijumpai usai pertemuannya dengan Gubernur DIY di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (03/06), Dedi menjelaskan bahwa Sri Sultan menekankan bahwa jaringan bisnis yang baik bisa menjamin kebersinambungan produk-produk pertanian. Dengan begitu, petani pun dapat dengan baik mempersiapkan produk yang dihasilkan karena tidak perlu lagi mengkhawatirkan jaringan bisnis.
“Kalau jaringan bisnisnya sudah bagus, petani tidak akan bingung lagi setiap panen. Tiap panen, sudah ada yang pasti menampung hasilnya. Jaringan bisnis itulah yang harus dibangun, artinya produk pertanian itu memang memiliki hubungan dengan bisnis, bisnis lancar maka produk pun lancar, produk lancar tentu pertanian lancar,” jelasnya.
Dalam upaya membangun petani milenial ini, Kementan RI melalui BPPSDMP akan menggelar The 2nd Millenial Indonesia Agropreneurs Expo 2021 di Royal Ambarrukmo Hotel Yogyakarta pada 12-13 Juni 2021. Acara ini merupakan acara bagi anak-anak muda pertanian untuk membangun wirausaha pertaniannya. Tidak hanya akan menjadi tempat pameran produk pertanian, acara ini juga akan diisi berbagai bimbingan teknis kepada petani milenial Indonesia.
“Para petani milenial kita ini akan mendapat beragam pelatihan pertanian, mulai dari hulu hingga hilir, dari perencanaan sampai pemasaran. Para petani ini juga akan diajarkan untuk bisa melakukan sesuatu untuk menambah nilai jual produk pertanian yang mereka hasilkan. Kami juga akan menghubungkan mereka dengan pihak-pihak yang bisa mendukung jaringan bisnis mereka,” paparnya.
Program pertanian lainnya yang menjadi bahasan pada pertemuan kali ini ialah program Komando Startegis Pembangunan Pertanian (Kostratani) tingkat kecamatan. Menurut Dedi, program ini adalah upaya pemberdayaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dengan pemanfaatan sarana prasarananya, termasuk teknologi informasi.
“Dari sini kemampuan petani juga bisa ditingkatkan melalui pelatihan yang akan mencakup semua proses pertanian dari hulu sampai hilir, tidak sekedar mengelola pertanian. Jadi penyuluh maupun petaninya diberdayakan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Sugeng Purwanto mengatakan, saat ini, jumlah petani milenial di DIY baru mencapai 641 petani saja. Namun, dalam tiga tahun ke depan, ditargetkan akan ada 3.000-4.000 petani milenial di DIY melalui berbagai program pengembangan yang dilakukan.
“Di zaman sekarang memang sudah seharusnya yang muda yang berkreasi dan bergerak, termasuk di dunia pertanian. Apalagi petani milenial ini juga erat hubungannya dengan teknologi informasi, karena harus membangun jejaring juga. Mereka harus bisa memproduksi sekaligus bisa memasarkan,” imbuhnya.
Guna mencapai target petani milenial di DIY tersebut, Sugeng menuturkan, pihaknya terus melakukan proses rekrut tapi tidak sekedar menunjuk. Proses seleksi tetap dilakukan dan yang terpilih biasanya yang embrionya sudah terlihat. Para calon petani milenial ini juga akan mengikuti pembinaan berupa bimbingan teknis, mengikuti sosialisasi, dan proses verifikasi kegiatan lapangan dan usahanya.
“Potensi petani milenial tinggi di DIY, apalagi human development index kita tertinggi nasional, jelas kami optimis. Hanya selanjutnya bagaimana kami punya tenaga atau energi lebih untuk mendekatkan mereka kepada harapan yang kita inginkan, yakni menguasai IT dan pasar,” paparnya.
[ad_2]