[ad_1]
Indonesia memiliki budaya yang sangat kaya dan beragam, termasuk dalam alat musik tradisional. Masing-masing daerah memiliki alat musik tradisional yang khas. Dari tanah Sunda, salah satu alat musik tradisionalnya adalah calung.
Banyak orang awam yang menganggap calung sama seperti angklung, alat musik khas Sunda lainnya. Meski sama-sama terbuat dari bambu, alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul, sementara angklung digoyangkan agar keluar bunyinya.
Bentuk alat musik ini juga serupa dengan kolintang, alat musik khas Minahasa. Namun terbuat dari bambu, sedangkan kolintang terbuat dari kayu.
Artikel Terkait: Kenalkan Ragam Budaya pada Anak, Yuk Kenalkan 35 Gambar Rumah Adat di Indonesia
Mengenal Calung, Alat Musik Tradisional dari Tanah Sunda
Mengutip dari Gurat Garut, calung termasuk ke dalam jenis alat musik perkusi. Alat musik yang satu ini terbuat dari bambu sebagai bahan utamanya yang dipotong-potong dan disusun berjajar. Umumnya bambu yang digunakan adalah bambu hitam (awi wulung), tetapi ada juga yang menggunakan bambu hijau (awi temen).
Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul dengan alat pemukul berbahan tongkat kayu yang ujungnya dilapisi dengan lilitan karet supaya suaranya lembut dan tidak kasar. Bermain alat musik ini dengan cara memegang pegangan dari kayu yang ada di antara bambu-bambu tersebut.
Calung menggunakan sistem tangga nada pentatonik Sunda yaitu ‘da-mi-na-ti-la-da’. Sedangkan pada jenis yang berasal dari Jawa Tengah, Banyumas, menggunakan laras nada selendro ‘ji-ro-lu-ma-nem’.
Terdapat beberapa jenis calung, yakni sebagai berikut:
1. Calung Rantay
Dimainkan dengan cara dipukul dalam keadaan berjajar. Biasanya, dimainkan sembari duduk bersila. Ada satu deretan dan dua deretan, deret besar calung rantay disebut dengan calung induk, sementara deret yang kecil disebut calung rincik atau anak.
Terdiri dari 7 wilahan atau ruas bambu. Untuk calung yang dibuat mencapai 2 oktaf atau lebih terdiri mulai dari 12 hingga 17 wilahan.
Artikel Terkait: Sejarah Hari Musik Nasional dan manfaat Musik Bagi Pekembangan Anak
2. Calung Jinjing
Jenis yang satu ini dimainkan sambil berjalan atau berdiri, dan dijinjing. Memiliki bentuk dasar seperti calung rantay yang dibagi menjadi empat bagian waditra (alat musik) yang terpisah yakni:
- Kingking, dengan 12-15 bilah bambu dengan urutan nada yang paling tinggi
- Panepas, dengan 5 bilah bambu yang dimulai dari nada terendah calung kingking
- Jongjrong, sama dengan calung panepas, ada 5 bilah bambu yang dimulai dari nada terendah panepas
- Gonggong, memiliki 2 bilah bambu dengan nada terendah
Deretan bambu pada jenis yang satu ini disatukan oleh sebilah bambu yang disebut dengan paniir.
3. Calung Banyumas
Berasa dari Jawa Tengah dan sering disebut dengan calung lengger karena kerap digunakan sebagai alat musik untuk pengiring tarian kelompok lengger di acara-acara tertentu.
Memiliki dua laras nada yaitu laras selendro dan laras pelog. Pada umumnya, calung banyumas menggunakan laras selendro seperti lagu banyumasan pada umumnya.
Di Banyumas sendiri calung merupakan pertunjukan musik dengan gabungan beberapa instrumen musik lain, mirip seperti pertunjukkan gamelan. Cara memainkannya yaitu dengan digoyang dan digetar menggunakan tangan, dan jari-jari digunakan untuk menutup lubang menentukan nada.
Sejarahnya
Alat musik ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-14 pada masa penyebaran agama Islam di Indonesia. Sejak dahulu, tidak ada perubahan bentuk, ukuran, maupun material dari calung.
Pada zaman dulu, alat musik ini digunakan untuk pengiring upacara adat Tarawangsa. Upacara adat dari daerah Parung, Tasikmalaya, ini merupakan ritual penghormatan kepada Dewi Sri.
Alat yang digunakan adalah jenis rantay yang membawakan lagu-lagu pujian. Alat musik ini dipercaya dapat mencegah bala dan menyembuhkan penyakit.
Mengutip dari laman resmi Disparbud Kabupaten Garut, calung merupakan prototipe atau cikal bakal dari angklung. Di era sekarang, alat musik ini digunakan untuk menghibur masyarakat di berbagai pertunjukkan seni khas Jawa Barat.
Artikel Terkait: 10 Resep Kue basah Tradisional yang Enak dan Mudah Dibuat
Pentingnya Mengenalkan Budaya Tradisional kepada Anak
Di tengah serbuan teknologi seperti sekarang, kesenian dan berbagai budaya tradisional sering kali dilupakan. Anak-anak lebih dekat dan akrab dengan budaya luar karena paparan teknologi dan internet.
Bijak bagi kita para orangtua untuk mengenalkan si kecil kepada budaya tradisional seperti alat musik, busana, bahasa, makanan, dan lain sebagainya. Melansir dari Suara, menurut psikolog anak dan kelaurga Ayoe P. Sutomo, pengenalan ragam budaya tradisional ini sebaiknya dimulai dari lingkup terkecil yakni keluarga.
Dengan mengetahui dan mengenal beraneka ragam budaya tradisional, Parents bisa menanamkan rasa cinta Tanah Air dan negara kepada buah hati tercinta. Anak akan menjadi lebih percaya diri terhadap asal usulnya, bangsanya, dan tak akan dengan mudah terpengaruh budaya asing yang kurang baik.
Orangtua bisa mendukung si kecil dengan memberikan kesempatan mengeksplor lebih jauh, misalnya dengan mengikutkan anak les atau kegiatan ekstrakuliker sesuai kesenian yang diminatinya.
Anak-anak adalah generasi penerus, maka wajib bagi orangtua untuk mewarisinya tradisi turun temurun agar tidak punah dimakan waktu. Nah, mudah-mudahan sejarah calung di atas juga bisa bermanfaat untuk Parents dan si kecil mengenal lebih dalam mengenai alat musik tradisional Sunda tersebut.
Baca Juga:
4 Jejak Sejarah dan Budaya Islam di Nusantara, Yuk Ajarkan pada Si Kecil!
Budaya Batik, Mengenalkan Budaya Bangsa
Tari Gandrung Banyuwangi, Tradisi Indonesia yang Bisa Diajarkan ke Anak
[ad_2]