[ad_1]
Sebuah delegasi Houthi Yaman telah tiba di Arab Saudi untuk melakukan pembicaraan dengan kerajaan itu mengenai kemungkinan mengakhiri perang bertahun-tahun yang menghancurkan negara termiskin di dunia Arab tersebut, kata para pejabat.
Belum jelas kesepakatan yang dibahas antara Riyadh dan kelompok Houthi yang didukung Iran itu, yang telah menguasai Sanaa, ibu kota Yaman sejak September 2014. Perjalanan tersebut dilakukan setelah dua rival regional, Arab Saudi dan Iran, mencapai perdamaian yang dimediasi oleh China sebelumnya tahun ini dan karena adanya berbagai upaya diplomatik antara berbagai pihak dalam perang proksi itu.
Pada hari Kamis (14/9), Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammad dilaporkan menerima surat dari Presiden garis keras Iran Ebrahim Raisi, yang merupakan anak didik Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Substansi surat tersebut tidak diakui secara terbuka oleh kedua negara, namun hal itu terjadi ketika delegasi Oman mengunjungi para pejabat Houthi di Sanaa.
Marsekal Mahdi al-Mashat, kepala dewan politik tertinggi Houthi, melalui pernyataan melalui kantor berita SABA yang dikuasai Houthi, memuji upaya perdamaian tersebut.
Konflik Yaman dimulai pada tahun 2014 ketika Houthi merebut Sanaa dan sebagian besar wilayah utara negara itu. Pemerintah yang diakui internasional melarikan diri ke selatan dan kemudian mengasingkan diri di Arab Saudi.
Pengambilalihan kekuasaan oleh Houthi itu mendorong koalisi pimpinan Saudi untuk melakukan intervensi beberapa bulan kemudian, dan konflik tersebut berubah menjadi perang proksi regional antara Arab Saudi dan Iran. Namun, kritik internasional atas serangan udara Saudi yang menewaskan warga sipil membuat AS menarik kembali dukungannya. [lt/ab]
[ad_2]