Hotline Redaksi: 0817-21-7070 (WA/Telegram)
Internasional

Mengukur Dampak Keanggotaan Uni Afrika di G20

124
×

Mengukur Dampak Keanggotaan Uni Afrika di G20

Sebarkan artikel ini
Mengukur Dampak Keanggotaan Uni Afrika di G20

[ad_1]

Mengukur Dampak Keanggotaan Uni Afrika di G20

Lewat sebuah langkah bersejarah, Uni Afrika telah berhasil memperoleh satu posisi permanen di grup negara-negara G20, sebuah perkembangan yang bisa jadi akan memberikan dampak besar, bagi peran negara-negara Afrika di kancah geopolitik global.

Namun, terkait dengan begitu banyaknya tantangan yang harus dihadapi benua itu, mulai dari perubahan iklim hingga ketidakstabilan politik dan ketimpangan ekonomi, sejumlah pakar berbeda pendapat soal seberapa besar dampak keanggotaan mereka di G20, yang merupakan kelompok 20 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar.

Robert Besseling, CEO di Pangea-Risk, sebuah grup penasehat intelijen yang berkantor di Afrika Selatan dan Inggris, mengatakan kepada VOA, bahwa perkembangan ini lebih merupakan sebuah simbol, dan bukan satu langkah maju yang substantif.

“Kursi keanggotaan Uni Afrika di G20 tidak akan punya makna,” ujar Besseling. Terutama jika Uni Afrika tidak dapat memberi tanggapan tegas, terhadap berbagai peristiwa, termasuk kudeta militer yang terus terjadi serta pemilu yang tidak terjadwal dengan baik, yang dalam beberapa bulan terakhir membawa demokrasi Afrika ke arah kemunduran.

Kudeta Militer Picu Pertanyaan Soal Stabilitasi di Afrika

Sejak tahun 2020, tujuh negara di Afrika telah mengalami kudeta militer; yang terakhir di Gabon dan Niger. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan terkait stabilitas politik, sebuah kemunduran yang semakin menyulitkan kawasan ini untuk menangani isu-isu lain, seperti terorisme dan kekurangan pangan di banyak negara.

Namun, Dennis Matanda, asisten professor di Departemen Politik Amerika dan Bisnis Internasional, di Universitas Katolik, menyatakan VOA bahwa keanggotaan Uni Afrika di G20 ini bisa memberikan keuntungan.

“Ini adalah kesempatan yang nyata bagi Uni Afrika untuk duduk satu meja. Itu adalah sebuah kekuatan dan kesempatan,” ujarnya seraya menambahkan, perkembangan ini merupakan suatu hal yang signifikan karena untuk pertama kalinya Uni Afrika duduk sejajar dengan Uni Eropa.

Namun, di sisi lain, Besseling ragu akan kemampuan Uni Afrika mengambil tindakan secara kompak. Menurutnya keanggotaan Uni Afrika lebih banyak didorong oleh meningkatnya kompetisi diantara aliansi-aliansi di tingkat dunia.

“G20 kini menjadi penyeimbang bagi BRICS yang dipimpin China, dan masuknya Uni Afrika ini harus dilihat dalam konteks yang sama, terkait pertikaian geo politik,” ujar Besseling.

Urgensi Masuknya Uni Afrika ke G20

Satu catatan positif adalah masuknya Uni Afrika ke G20 mungkin akan membantu mengembangkan aliansi global dan membuka ruang baru untuk kerja sama.

Sementara Matanda mengatakan, ini adalah saat bagi negara-negara Afrika untuk mempertahankan kepentingan mereka sendiri dan tidak dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan global demi tujuan mereka sendiri.

“Saya kira, kami perlu berhenti memikirkan apa yang dibutuhkan oleh kawasan lain, apa yang diinginkan China, apa yang dibutuhkan Eropa, dan mulai menyebarkan narasi milik Afrika sendiri,” ujar Matanda.

Besseling menilai masuknya Uni Afrika ke G20, mungkin bisa mengembangkan aliansi global dan membuka ruang baru untuk kerja sama.

Namun Matanda mengatakan, saat ini adalah waktu bagi negara-negara Afrika, untuk mempertahankan kepentingan mereka sendiri dan tidak dimanfaatkan oleh kekuatan-kekuatan global demi tujuan mereka sendiri.

“Saya kira, kita perlu berhenti memikirkan apa yang dibutuhkan oleh kawasan lain, apa yang diinginkan Tiongkok, apa yang dibutuhkan Eropa, dan mulai menyebarkan narasi milik Afrika sendiri,” ujar Matanda.

“Afrika, Uni Afrika, harus menilai sendiri kesempatan-kesempatan yang mereka miliki. Dan kesempatan terbaik saat ini, adalah pengembangan institusi keuangan bagi kawasan ini.”

Menyuarakan Kepentingan Benua Afrika

Seiring berkembangnya G20 menjadi forum yang memiliki pengaruh besar, bergabungnya Uni Afrika akan mampu menyuarakan kepentingan benua ini, tambahnya.

“Jika mereka menginginkan modal global yang berperan di Afrika, mereka harus mendiskusikannya dengan pihak-pihak yang benar-benar dapat mengelola dana itu, dan menyalurkan sumber daya yang ada ke dalam program-program yang bisa memberikan dampak paling efektif bagi kawasan ini,” kata Matanda.

Jika mereka akan memiliki modal global yang bermain di Afrika, Anda harus datang ke meja dengan orang-orang terbaik yang benar-benar dapat mengendalikan keuangan dan pada dasarnya menyalurkan sumber daya tersebut ke peluang yang mencapai dampak paling efektif untuk wilayah tersebut,” kata Matanda. “Dan dari perspektif tersebut, kita perlu mengingat bahwa Uni Afrika dapat menjadi apa pun yang diinginkannya, tetapi perlu memiliki kekuatan yang lebih besar.”

“Dan dari perspektif itu, kita perlu ingat bahwa Uni Afrika dapat menjadi appun yang diinginkannya. Tetapi ia perlu memiliki kekuatan yang lebih besar.” [ns/em]

[ad_2]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *