[ad_1]
Suara-Pembaruan.com – Pemerintah Kota Balikpapan terus berproses untuk mewujudkan smart city dan berupaya memenuhi enam dimensi yang menjadi syarat terpenuhinya sebagai kota cerdas .
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) juga terus melakukan evaluasi melalui pendamping tiap-tiap daerah seperti yang dilaksanakan pada Kamis dan Jumat, 19 dan 20 Mei 2021.
Kepala Bappeda Litbang Kota Balikpapan, Agus Budi Prasetyo mengungkapkan, smart city ini luas dan ada enam dimensi yang mesti dipenuhi. Antara lain terkait penggunaan aplikasi untuk memudahkan tiap pelayanan.
“Aplikasi ini digunakan antara lain di smart government. Jadi yang masuk smart government ini seperti e-Office. Aplikasi untuk memudahkan surat menyurat,” ungkapnya (20/5/21).
Selain itu dimensi berikutnya ada smart society. Bagaimana menjadikan masyarakat yang cerdas. Yang ditampilkan nanti adalah peningkatan literasi tenaga pendidik.
“Maksudnya di saat pandemi kemarin kau bilang belajar-mengajar banyak melalui daring. Mungkin saja dari sisi siswanya melek IT. Tapi dari gurunya bisa saja ada yang pegang hape hanya untuk telpon,” ujarnya.
Terkait hal ini Pemerintah Kota juga bekerjasama dengan komunitas untuk melakukan peningkatan kapasitas tenaga guru untuk smart society ini.
Dimensi berikutnya adalah smart living. Antara lain di Dinas Perhubungan yang memiliki CCTV untuk melihat kondisi lalu lintas. “Dengan begitu jika terjadi kemacetan bisa mengambil tindakan segera,” ungkapnya.
Atau jika terjadi kecelakaan, maka pemerintah kota bisa langsung monitor melalui CCTV ini. Yang terpenting apabila masyarakat memahami proses lalu lintas, Ada CCTV. “Dengan begitu masyarakat bisa lebih tertib,” katanya.
Kemudian smart economy. Seperti pelaksanaan mal pelayanan publik. Saat ini lokasinya di DPMPTSP. Antara lain untuk memudahkan perizinan.
“Dengan begitu masyarakat lebih antusias untuk berinvestasi karena proses perizinan lebih mudah daring,” terangnya. Diharapkan melalui kemudahan proses perizinan ini akan berpengaruh baik kepada perekonomian.
Lalu ada pula smart environment. Yakni pengolahan gas metan di tempat pemrosesan akhir (TPA). Di sana selama ini identik dengan tempat kotor atau pembuangan.
TPA ini tak hanya diperbaiki kondisinya tapi juga ada tempat pemrosesan gas metan. “Karena selama ini sia-sia dibuang. Kenapa tidak kita manfaatkan. Selain itu akan sangat baik untuk lingkungan,” katanya.
Dimensi terakhir adalah smart branding. Dalam hal ini Pemkot Balikpapan memperkenalkan City Tour. Tujuannya adalah penunjang kepariwisataan di Balikpapan.
“Begitu orang yang pernah datang ke Balikpapan dan memanfaatkan bus city tour akan diteruskan ke yang lain. Harapannya bisa viral dan dikenal luas. Kalau ke Balikpapan dan jalan-jalan. Ini bisa jadi branding,” katanya.
Selama dua hari evaluasi dan pendampingan dilakukan, seluruh dimensi ini diperkenalkan kepada pendamping dari Kemenkominfo. Kendati dalam keadaan pandemi ini pariwisata dibatasi. Ini juga yang menjadi alasan penilaian dilakukan secara daring.
“Penilaian ini tidak hanya berhenti sampai disini. Dari evaluasi ini juga akan ada rekomendasi perbaikan kedepannya. Makanya kami juga diajari terkait manajemen risiko,” katanya.
Ia melanjutkan, semua program yang dicantumkan dalam dokumen smart city harus dipetakan manajemen resikonya. Kalau itu berjalan dampak negatifnya bisa diantisipasi.
[ad_2]