Hotline Redaksi: 0817-21-7070 (WA/Telegram)
Headline

Mesjid Bersejarah “Al Falah” Desa Tanjung Batu, Sumatera Selatan

239
×

Mesjid Bersejarah “Al Falah” Desa Tanjung Batu, Sumatera Selatan

Sebarkan artikel ini
Mesjid Bersejarah “Al Falah” Desa Tanjung Batu, Sumatera Selatan

Di desa kelahiran saya, Tanjung Batu, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, terdapat sebuah masjid yang sudah cukup tua namun masih berdiri kokoh.

Masjid itu bernama Al Falah. Saya tertarik untuk mengupas keberadaan mesjid ini karena konon ceritanya masjid ini mengandung makna tersendiri bagi berkembangnya ajaran Islam di tanah kelahiran saya.

Masjid ini memang dikategorikan masjid yang sudah tua. Dalam buku Masjid-masjid bersejarah di Indonesia yang disusun oleh Abdul Baqir Zein, disebutkan bahwa Masjid Al Falah termasuk salah satu masjid yang bersejarah di Provinsi Sumatera Selatan.

Siapa yang mendisain dan membangun masjid ini? Menurut cerita orang-orang tua di kampung saya, masjid ini didirikan oleh seorang ulama dari tanah jawa. Nama ulama tersebut adalah Abdul Hamid. Ia pernah menetap di Kesultanan Palembang. Namun, karena sebuah kasus kesalahpahaman menyebabkan dia diusir dan melarikan diri dari istana sampai akhirnya berlabuh di seberang Desa Tanjung Batu.

Abdul Hamid ini adalah seorang penganut ajaran Islam. Beliau juga memiliki keahlian bertukang, mengukir dan membuat kerajinan. Karena ajaran yang dianutnya sama dengan yang dianut oleh penduduk setempat, keberadaannya dengan mudah bisa diterima.

Beliau akhirnya memutuskan menetap disana. Beliau pun mulai mengajarkan keahliannya kepada penduduk dan juga turut menyampaikan ajaran Islam yang dianutnya.

Abdul Hamid yang oleh penduduk kemudian diberi gelar Usang Sungging (Sang Sungging) dikenal sebagai sosok yang hebat. Sikap ramahnya dan kepiawaiannya dalam memberikan ceramah serta nasehat membuat ia dicintai dan dihargai serta dianggap sebagai ulama oleh penduduk desa.

Disamping itu, ajarannya dalam hal bertukang, memahat dan mengukir, serta dalam hal membuat perhiasan telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan dan mata pencaharian yang dirintis dan ditekuni oleh penduduk.

Tidak ada yang tahu persis kapan masjid ini mulai dibangun. Cerita yang saya dengar dari orang orang tua dulu menyebutkan bahwa Abdul Hamid merancang dan membangun masjid ini pada kurun waktu di sekitar tahun 1300 M (abad ke-13). Di tanah tempat berdirinya masjid ini awalnya sudah berdiri rumah ibadah, namun kondisinya jauh dari kelayakan.

Melihat kondisi tersebut dan atas dukungan para penduduk kampung Abdul Hamid yang sudah dianggap sebagai ulama terpanggil untuk membenahinya.

Berbekal kepada kepandaiannya dalam membuat rancang bangun dan membuat ukiran serta lukisan, maka ia mendisain bangunan masjid yang baru dan lebih indah dibandingkan bangunan sebelumnya.

Pada awalnya, masjid ini dibangun dengan menggunakan bahan kayu. Saat proses pembangunan inilah penduduk kembali ditakjubkan oleh keahlian Abdul Hamid, dimana beliau bisa menyugu kayu dan hasil sugu-annya yang dikenal dengan istilah umang tidak putus hingga bermeter-meter.

Masjid ini terletak di tengah-tengah desa dan juga diantara dua jalan utama desa. Satu pintu masuknya terletak di sisi jalan darat, dan pintu satunya terletak di sisi jalan laut. Penduduk setempat mengistilahkannya demikian, karena letak lintasan dari jalan dimaksud.

Jalan darat melintasi rumah penduduk yang berbatasan langsung dengan bagian hutan (yang oleh penduduk kampung disebut bagian darat), sedangkan jalan laut karena melintasi rumah penduduk yang berbatasan dengan sungai (yang disebut bagian laut).

Dalam perkembangannya masjid ini sudah mengalami renovasi. Sekarang hampir sembilan puluh persen wujud bangunannya telah diganti dari semen.

Bersama seorang teman, saya pun sekitar awal tahun 1991 pernah diminta untuk mendisain ulang salah satu tulisan kaligrafi yang menjadi hiasan tepat di atas pintu masuk sisi kiri (di jalan laut) dari masjid ini.

Biarpun saat ini di kampung saya sudah dibangun sebuah masjid yang lebih besar dari Masjid Al Falah, namun penduduk kampung saya tetap memfungsikan masjid ini untuk kegiatan ibadah sehari hari baik itu untuk sholat, jum’atan, sholat hari raya, memberikan pengumuman jika ada warga kampung yang meninggal, maupun untuk kegiatan keagamaan lainnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *