Hotline Redaksi: 0817-21-7070 (WA/Telegram)
Headline

Peluncuran Buku The Making of Java Jazz Festival and History Karya Peter F Gontha

1670
×

Peluncuran Buku The Making of Java Jazz Festival and History Karya Peter F Gontha

Sebarkan artikel ini
Peluncuran Buku The Making of Java Jazz Festival and History Karya Peter F Gontha

Suara-Pembaruan.com Konferensi Pers 2025 Sekaligus Peluncuran Buku The Making fo Java Jazz Festival and Its Hostory.

Dalam suasana yang lebih hangat dan reflektif, konferensi pers Java Jazz Festival 2025 digelar bukan sekadar untuk mengumumkan jajaran artis atau kejutan panggung.

Tahun ini, nuansa terasa lebih personal. Momen yang menjadi titik jeda untuk menengok kembali ke belakang, menyusuri akar yang telah menumbuhkan dan merawat festival ini selama dua dekade.

Saat Dewi Gontha, Presiden Direktur Java Festival Production, membuka acara, ia menyerahkan panggung kepada ayahnya—sang perintis, Peter F. Gontha.

Dalam suasana haru, Peter berdiri bukan sebagai tokoh publik, melainkan sebagai seorang pemimpi. Ia mengenang kembali masa-masa awal tahun 2005, ketika ia harus meyakinkan banyak pihak bahwa festival ini bukan mimpi kosong.

“Hari ini adalah hari yang sangat emosional dan membahagiakan bagi saya secara pribadi, juga mungkin seluruh pencinta jazz di Indonesia,” ucap Peter tentang buku “The Making of Java Jazz Festival” yang buku bukan sekadar buku.

Sebagai bentuk penghargaan atas perjalanan 20 tahun ini, Peter merilis buku The Making of Java Jazz Festival—sebuah karya eksklusif setebal 506 halaman, ditulis dalam bahasa Inggris. Namun buku ini bukan hanya dokumentasi sejarah atau kronologi acara. Ia adalah catatan cinta.

Cinta pada musik. Cinta pada bangsa. Cinta pada mereka yang percaya pada kekuatan mimpi kolektif.

Buku The Making Java Jazz Festival and It History di dalamnya, pembaca diajak menyusuri jejak-jejak awal: dari Jamz Club di Blok M, perjalanan tematik dari tahun ke tahun, hingga kisah para musisi, kru, dan relawan yang membentuk denyut nadi Java Jazz.

Buku ini juga merekam fragmen personal Peter—tentang cintanya pada jazz sejak remaja, pertemuan-pertemuan yang membentuk arah festival, serta penghormatannya kepada istri tercinta, Purnama, dan putrinya, Dewi, yang kini melanjutkan tongkat estafet.

Buku ini diserahkan secara simbolis kepada SS Budi Raharjo, Pemimpin Redaksi Majalah MATRA yang juga CEO majalah EKSEKUTIF, sebagai bentuk terima kasih kepada media yang dianggap sebagai “nadi dari semangat Java Jazz”.

The Making Java Jazz Fetival 20 tahun dibagikan secara gratis kepada media, sponsor, dan relasi terdekat.

Java Jazz bukan sekadar acara musik. Ia adalah gerakan budaya.

Mempertemukan masa lalu dan masa depan dalam satu harmoni; membangun jembatan antara musisi muda Indonesia dengan ikon jazz dunia; menyatukan nostalgia dengan eksplorasi artistik terbaru.

Peter menegaskan, festival ini adalah hasil kerja kolektif. Dari sponsor sebagai mitra budaya, media sebagai penyebar semangat, hingga para relawan dan tim produksi yang menjadi tulang punggung di balik layar. Semua elemen bekerja dalam satu irama—seperti sebuah orkestra.

“Dalam 20 tahun, ada peluh, tekanan, ada krisis, ada air mata. Tapi yang lebih kuat dari semua itu adalah cinta,” kata Peter dengan mata berkaca-kaca.

Tahun 2025 ini bukan hanya peringatan usia ke-20. Ini adalah pengingat bahwa mimpi, jika dirawat dengan cinta dan dedikasi, akan terus hidup. Dan bahwa dari Jakarta, suara jazz akan terus menggema. Bukan hanya sebagai musik, tapi sebagai cara merasa, bernapas, dan mencintai dunia.

Melalui festival ini, Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa kita tidak hanya bisa menjadi tuan rumah yang baik, tapi juga pemilik panggung yang autentik—yang menyuarakan identitas, merayakan keberagaman, dan menjaga mimpi agar terus mengalun, selamanya.

Tahun 2025 menandai dua dekade perjalanan Jakarta International BNI Java Jazz Festival, sebuah momen istimewa yang lebih dari sekadar penanda waktu—melainkan selebrasi atas keberanian untuk bermimpi besar dan komitmen untuk terus mewujudkannya.

Dari perhelatan perdana pada tahun 2005 hingga kini, Java Jazz telah menjelma menjadi salah satu festival musik jazz terbesar di dunia, sekaligus tonggak penting dalam lanskap budaya Indonesia.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *