[ad_1]
Photo:Pexels.com
Para ahli sejarah di Museum dan Memorial Perang Dunia I di Kansas City, mengungkap berbagai penemuan yang sebenarnya dirancang untuk PD I, kemudian dirasa bermanfaat dan mengalami proses perkembangan hingga sekarang.
Dari sejumlah penemuan tersebut, berikut ini beberapa di antaranya, dilansir dari Reader’s Digest Kanada.
Operasi Plastik
Saat PD I, operasi plastik muncul sebagai cara untuk merawat tentara yang wajahnya cedera akibat penggunaan bahan peledak seperti artileri, senapan mesin, dan bahan kimia.
“Gagasan modern tentang operasi plastik dan teknik yang digunakan saat ini berasal dari PD I,” kata Doran Cart, Kurator Senior Museum dan Memorial PD I. Ketika itu Dr Harry Gillies mengembangkan teknik untuk memperbaiki kembali wajah setelah begitu banyak hidung yang hilang, dan melakukan lebih dari 11.000 operasi plastik pada yang terluka selama perang.
Selain itu, beberapa pematung juga membantu membuat topeng parsial untuk mereka yang mengalami cacat wajah agar mengembalikan penampilan mereka.
Arloji
Gagasan tentang penunjuk waktu telah ada sejak zaman kuno. Tetapi baru pada PD I pemerintah di seluruh dunia resmi mengadopsinya. Mengapa? Untuk menghemat sumber daya seperti bahan bakar dan memperpanjang hari kerja selama masa perang.
Sebelumnya, arloji telah dijual selama abad ke-19. Namun produk itu kurang diminati hingga akhirnya ketika PD I arloji saku dibutuhkan dalam pertempuran, terutama bagi para pemimpin militer yang mengoordinasikan serangan presisi. Barulah setelah akhir perang, hampir seluruh generasi muda masa itu memiliki arloji yang telah dirancang menjadi jam tangan.
Tisu
Para dokter memutuskan untuk menggunakan filter masker gas sebagai sapu tangan sekali pakai setelah PD I. “Barang-barang yang dibuat untuk perang sering kali digunakan kembali setelah perang, salah satunya adalah Kleenex, yang sebenarnya adalah kertas krep yang digunakan dalam filter masker gas,” kata Jonathan Casey dari Museum dan Memorial PD I.
Selama epidemi influenza setelah perang, perusahaan produk kertas Kimberly-Clark menggunakan kembali kertas itu sebagai produk sekali pakai bagi orang-orang jika terjangkit flu. “Kemudian diberi merek “Kleenex”, kami sekarang menggunakan kata itu untuk merujuk pada tisu wajah apa pun,” kata Casey.
Bank Darah
Transfusi darah sudah ada sejak tahun 1600-an, tetapi dokter jarang melakukannya sebelum PD I. Saat PD I meletus, diterapkanlah transfusi darah langsung dari satu orang ke orang lain.
Kapten Oswald Robertson, seorang dokter cadangan Angkatan Darat AS yang berkonsultasi dengan tentara Inggris, menyadari perlunya menyimpan darah sebelum korban jiwa terjadi. Pada tahun 1917, dia membantu mendirikan bank darah pertama di front barat.
Pembalut Wanita
Para perawat tentara PD I punya cara sendiri untuk menangani menstruasi mereka selama sebulan, yang kemudian memengaruhi produk feminin itu untuk disempurnakan dan dijual.
“Selama perang, perawat menemukan bahwa perban Cellucotton yang terbuat dari bubur kayu untuk mengobati luka, memiliki daya serap lima kali lebih banyak daripada perban lainnya, dan mereka menggunakannya sebagai pembalut wanita darurat. Setelah perang usai, perusahaan Kimberly-Clarke mencari cara untuk menggunakan sisa Cellucotton, dan memasarkannya sebagai pembalut wanita,” jelas Casey.
Produk itu dinamakan Kotex, terbuat dari tekstur seperti kapas sebagai pembalut sekali pakai, yang kemudian mengubah cara wanita menangani menstruasi.
[ad_2]