[ad_1]
Kondisi gigi dan rongga mulut yang baik tentu turut menunjang tumbuh kembang anak. Pasalnya, ini membuat anak nyaman untuk makan dan minum. Oleh sebab itu, sebagai orangtua Anda perlu memahami masalah gigi anak yang kerap muncul dan bagaimana cara mencegahnya.
4 Masalah Gigi Anak, dan Cara Mencegahnya
1. Gigi Berlubang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menemukan bahwa masalah gigi yang terbanyak (45,3 persen) adalah sakit gigi akibat gigi rusak atau berlubang. Bila dilihat berdasarkan kelompok usianya, didapati bahwa kondisi ini dialami pada lebih dari 70 persen anak usia 3-14 tahun.
Mencegah Gigi Berlubang
Untuk mencegah gigi berlubang pada anak, keempat hal berikut harus betul-betul diperhatikan:
-
Kebiasaan minum susu dengan menggunakan dot sebelum dan selama anak tidur.
Kebiasaan ini memicu terbentuknya plak pada gigi. Pasalnya, derajat keasaman (pH) rongga mulut menurun sehingga bakteri penyebab gigi berlubang menjadi aktif. Secara medis, kondisi ini disebut dengan nursing bottle syndrome, yakni kerusakan gigi akibat kebiasaan menggunakan dot saat tidur. Agar gigi tetap baik, kebiasaan ini perlu dihilangkan.
-
Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis.
Semakin tinggi tingkat konsumsi gula dalam sehari, semakin tinggi pula risiko mengalami gigi berlubang. Ini karena bakteri di dalam rongga mulut akan mengubah gula menjadi asam yang dapat mengikis enamel (pelapis) gigi. Sebaiknya, Anak lebih dibiasakan untuk mengonsumsi makanan sehat yang tinggi serat dan membatasi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula tambahan atau pemanis.
-
Kebiasaan menyikat gigi yang tidak tepat, baik waktu maupun cara menyikat gigi.
Dari Hasil Riskesdas 2018, mayoritas penduduk Indonesia (94,7 persen) sudah memiliki perilaku menyikat gigi yang baik, yakni setiap hari. Namun sayang, hanya 2,8 persen yang frekuensi dan waktu menyikat giginya tepat, yakni minimal dua kali sehari, sesudah makan pagi dan sebelum tidur.
Anak-anak, khususnya di bawah usia 8 tahun, rata-rata belum bisa menyikat gigi dengan baik karena keterampilan motorik yang masih dalam periode perkembangan. Ini dapat membuat penyikatan gigi menjadi tidak maksimal dan memungkinkan tertinggalnya sisa plak yang berpotensi menyebabkan gigi berlubang. Untuk anak-anak di bawah 8 tahun, sebaiknya orangtua tetap mengawasi atau mengulangi proses ketika anak selesai menyikat gigi.
-
Tidak rutin kontrol ke dokter gigi
Pemeriksaan gigi yang dilakukan teratur 6 bulan sekali dapat mendeteksi adanya masalah pada rongga mulut secara dini. Bila pada pemeriksaan ditemukan gigi yang berlubang, maka dapat segera dilakukan penambalan gigi agar lubang tidak semakin membesar.
Mengobati Gigi Berlubang
Lubang pada gigi yang tidak segera ditangani akan semakin dalam dan dapat mengenai bagian pulpa yang berisi saraf dan pembuluh darah. Ini akan menimbulkan rasa nyeri yang dapat mengganggu aktivitas anak. Di samping itu, bakteri penyebab gigi berlubang akan terus aktif merusak gigi serta memicu infeksi. Bila ini terjadi, bakteri akan memproduksi nanah dan gas yang menekan jaringan sekitar sehingga gusi bengkak dan terasa sakit.
2. Gusi Berdarah
Tak hanya menyebabkan kerusakan gigi, plak juga dapat merusak jaringan penyangga gigi seperti gusi. Sisa plak dapat mengeras menjadi karang gigi, dan memicu peradangan yang ditandai dengan gusi kemerahan, bengkak, serta mudah berdarah kala terkena makanan atau menyikat gigi. Masalah pada gusi ini selanjutnya menyebabkan bau mulut (halitosis) yang dapat menurunkan kepercayaan diri anak.
Mencegah dan Mengobati Gusi Berdarah
Umumnya plak akan menumpuk pada bagian gigi tertentu yang sulit dijangkau saat anak menyikat gigi. Untuk mencegah gusi berdarah, ajari anak cara menyikat gigi yang benar. Plak juga mudah menempel pada gigi bila anak memiliki kebiasaan mengulum (mengemut) makanan. Orangtua dapat mengajarkan dan mengingatkan anak untuk mengunyah makanan dengan benar supaya gigi tetap sehat.
Bila anak mengalami masalah pada gusi, segera periksakan ke dokter gigi supaya segera ditangani dan tidak semakin parah.
3. Bau Mulut
Saat si kecil bernapas atau berbicara, tercium bau mulut? Kondisi ini memang memanjadi salah satu masalah kesehatan mulut yang sering dialami anak. Umumnya, bau mulut ini muncul karena anak kurang menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.
Tak hanya itu, bau mulut juga bisa menandadakan kondisi lain yang juga dapat menimbulkan gejala bau mulut pada anak. Misalnya adanya suatu penyakit seperti sinusitis, radang amandel, penyakit asam lambung (GERD) atau gondongan.
Cara Mencegah yang Bisa Dilakukan
Untuk mencegah terjadinya bau mulut atau halitosis ini, latih si kecil untuk menjaga kesehatan area mulut dan giginya. mulai dari rutin menyikat gigi dan membersihkan lidah dua kali sehari, berkumur dengan obat kumur khusus anak, hindari mengonsumsi makanan yang bisa menimbulkan bati tidak sedap. Di samping itu, pastikan juga si kecil memperbanyak minum air putih. Dengan demikan rongga mulut tidak lagi mengeluarkan aroma yang tidak sedap.
4. Cedera Gigi
Menurut American Dental Association, cedera pada gigi juga umum terjadi pada anak. Penyebab tersering adalah cedera saat bermain dengan anak lain, terbentur lantai atau mainan, serta terjatuh dari sepeda. Cedera gigi dapat berupa gigi patah (fraktur), baik pada mahkota atau akar gigi, atau gigi goyang.
Gigi goyang dapat berupa luksasi (gigi goyang tanpa kelainan lain), intrusi (gigi goyang dan terdorong masuk ke dalam gusi), ekstrusi (gigi goyang dan terdorong keluar dari gusi), atau avulsi (gigi lepas dari gusi).
Mencegah dan Mengobati Cedera Gigi
Untuk mencegah cedera gigi, sebaiknya anak memakai alat pelindung kepala dan pelindung mulut (mouth guard) saat melakukan aktivitas yang berisiko. Selanjutnya, bila cedera gigi terjadi, segera hentikan perdarahan dengan kasa steril atau kain bersih. Bila terjadi avulsi, sedapat mungkin temukan gigi lalu rendam dalam air garam atau susu. Berikutnya, bawa anak beserta gigi yang lepas ke dokter gigi.
Pada beberapa kasus, terdapat periode emas (golden period) di mana kurun waktu tertentu menentukan keberhasilan perawatan. Oleh karena itu, sesegera mungkin bawa anak ke datang dokter gigi setelah terjadinya cedera. Tindakan perawatan cedera pada gigi susu bertujuan agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan gigi permanen. Sedangkan tindakan perawatan cedera pada gigi permanen bertujuan agar gigi dapat berfungsi kembali secara optimal.
Itulah beragam masalah gigi anak yang perlu Anda ketahui. Bila si Kecil mengalaminya, jangan ragu untuk segera ke dokter gigi anak. Penanganan dini menentukan keberhasilan perawatan sehingga gigi kembali sehat dan tumbuh kembang anak tidak terganggu.
[ad_2]