[ad_1]
Kelainan lahir hipospadia menyebabkan letak lubang kencing (uretra) bayi laki-laki menjadi tidak normal. Kondisi ini merupakan kelainan bawaan sejak lahir.
Pada kondisi normal, uretra terletak tepat di ujung penis. Namun, pada bayi yang mengalami kelainan lahir hipospadia, uretra berada di bagian bawah penis. Jika kondisi ini tidak ditangani, penderitanya bisa kesulitan buang air kecil hingga berhubungan seksual saat dewasa nanti.
Gejala, Penyebab, Risiko, dan Pengobatan Kelainan Lahir Hipospadia
Gejala Kelainan Lahir Hipospadia
Setiap penderitanya akan mengalami kondisi yang berbeda. Hanya saja, mayorias penderita akan mengalami lubang kencing terletak pada bagian bawah kepala penis dan sebagian lainnya memiliki lubang kencing di bagian bawah batang penis.
Lubang kencing tersebut bisa berada di area skrotum (buah zakar), tetapi kondisi tersebut sangatlah jarang terjadi. Akibat kondisi letak lubang kencing yang tidak normal, penderita hipospadia akan mengalami gejala berikut ini:
- Percikan urine tidak normal saat buang air kecil
- Kulup hanya menutupi bagian atas kepala penis
- Bentuk penis melengkung ke bawah
Penyebab dan Faktor Risiko Kelainan Lahir Hipospadia
Penyebab pasti kondisi ini memang masih belum diketahui. Namun, perkembangan saluran kencing dan kulup penis yang tidak berkembang baik pun dapat memicu seseorang mengalami kondisi ini.
Selain itu, ada sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko hipospadia. Salah satunya faktor dari sang ibu, misalnya:
- Mengandung pada saat berusia 35 tahun ke atas
- Menderita obesitas dan diabetes saat hamil
- Menjalani terapi hormon untuk merangsang kehamilan
- Terpapar asap rokok atau pestisida saat hamil
Selain faktor di atas, ada faktor lain yang bisa menimbulkan risiko gangguan tersebut, seperti faktor keluarga. Ada anggota keluarga yang mengalami hipospadia dan anak yang terlahir prematur pun menjadi faktor risiko anak mengalami hipospadia.
Artikel terkait: Jadi Kanker Kedua Terbanyak Dialami Pria, Ini Gejala Kanker Prostat
Diagnosis Gangguan Hipospadia
Jika Parents ingin mengetahui apakah si kecil menderita hipospadia, pemeriksaan bisa dilakukan setelah bayi dilahirkan. Jenis pemeriksaannya adalah pemeriksaan fisik.
Akan tetapi, bagi penderita hipospadia yang parah, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan. Seperti dibutuhkan pemeriksaan genetik dan uji pencitraan untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada kelamin bayi.
Penanganan Hipospadia
Untuk penanganan hipospadia sendiri adalah dengan tindakan operasi. Namun, tetap perlu dilihat kembali. Apabila posisi lubang kencing sangat dekat dari posisi yang seharusnya dan bentuk penis tidak melengkung, penanganan mungkin tidak diperlukan.
Akan tetapi, jika letak lubang kencing sangat jauh dari posisi normal, operasi adalah tindakan yang harus dilakukan. Idealnya, operasi dilakukan saat bayi berusia 6 sampai 12 bulan.
Tindakan operasi dilakukan dengan tujuan untuk menempatkan lubang kencing ke posisi seharusnya dan memperbaiki kelengkungan penis. Operasi bisa dilakukan lebih dari satu kali, ini pun tergantung pada tingkat keparahannya.
Pada kasus umumnya, fungsi penis anak akan kembali normal pascaoperasi. Namun, perlu dilakukan kontrol rutin setelah operasi untuk memastikan hal ini.
Hal yang perlu menjadi catatan Parents, jangan melakukan sunat pada anak ketika belum dilakukan operasi. Sebab dokter bedah mungkin akan memerlukan cangkok dari kulup untuk membuat lubang kencing baru.
Artikel terkait: 6 Faktor Risiko Seseorang Alami Penumpukan Protein Abnormal, Berakibat Fatal!
Risiko Komplikasi Kelainan Lahir Hipospadia
Jika gangguan penyakit ini tidak segera ditangani maka akan menimbulkan masalah berkemih pada anak dan dapat menganggu aktivitas seksualnya saat dewasa nanti. Anak yang menderita hipospadia yang tidak ditindak lanjuti, akan mengalami beberapa komplikasi berikut:
- Kesulitan belajar berkemih
- Kelainan bentuk penis saat ereksi
- Gangguan ejakulasi
Kelainan bentuk penis saat ereksi dan gangguan ejakulasi ini akan membuat si penderita hipospadia sulit untuk memiliki anak.
Pencegahan Hipospadia
Hipospadia bisa dicegah sejak hamil dengan melakukan beberapa hal berikut ini:
- Hindari merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
- Konsumsi suplemen asam folat sesuai anjuran dokter kandungan
- Hindari pekerjaan yang berhubungan atau kontak langsung dengan pestisida
- Pertahankan berat badan ideal
- Rutin ke dokter kandungan untuk memeriksakan kehamilan
Artikel terkait: Ampuh Obati Bakteri, Ini Anjuran Penggunaan dan Efek Samping
Kapan Harus Periksa ke Dokter?
Ketika gangguan ini tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi yang menurunkan kualitas hidup si penderita. Oleh karena itu, segerah datang ke dokter jika Parents melihat sejumlah gejala yang ditunjukkan.
Terutama ketika melihat posisi lubang uretra yang tidak normal. Semakin dini penangannya, semakin baik pula hasil yang bisa dicapai.
Untuk pasangan yang sedang melakukan program kehamilan namun memiliki risiko terjadinya hipospadia sebaiknya melakukan konsultasi perencanaan kehamilan ke dokter kandungan. Agar risiko bisa dikendalikan sedini mungkin.
Nah, Parents, itulah penjelasan mengenai gejala, penyebab dan cara pengobatan kelainan lahir hipospadia. Semoga bermanfaat!
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga:
Kenali Hipertermia: Inilah Gejala, Penyebab dan Cara Mengobatinya
Dapat Sebabkan Pembuluh Darah Menyempit, Ini Gejala, Cara Mengobati, dan Mengatasi Hiperkolesterolemia
12 Gejala Gagal Jantung, Jangan Sampai Disepelekan!
[ad_2]