[ad_1]
SuaraPemerintah.id – Kementerian Sosial (Kemensos) terus meningkatkan kesiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya bencana di selatan Pulau Jawa.
Pihaknya membekali masyarakat di kawasan tersebut dengan mendirikan dan memperkuat Kampung Siaga Bencana (KSB).
Kemensos juga akan menggandeng Komando Pasukan Khusus (Kopasus) untuk pelatihan penanganan bencana. Menteri Sosial Tri Rismaharini menyatakan bahwa pihaknya akan terus meningkatkan kesiagaan menghadapi bencana di kawasan rawan bencana, khususnya di Selatan pulau Jawa.
“Aku sudah dua kali video conference dengan kepada dinas sosial yang daerahnya rawan bencana. Termasuk dengan kepala daerah di kawasan selatan Jawa Timur. Aku sudah perintahkan stafku untuk terus membantu pemda di selatan Jawa, dari Pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Malang Selatan, Lumajang, sampai Banyuwangi,” kata Mensos.
Kesiagaan Kemensos tidak lepas dari sinyalemen yang disampaikan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
Hal itu disampaikannya dalam webinar kajian dan mitigasi gempabumi dan tsunami di Jawa Timur, akhir Mei silam. Dia mengatakan, berdasarkan penelitian dan pemodelan BMKG, wilayah selatan Jawa Timur menyimpan potensi bencana gempa bumi yang cukup besar.
Namun, belum ada alat yang memprediksi secara tepat kapan bencana tersebut akan terjadi.
Pencegahan Penyakit Tidak Menular Jadi Prioritas Kementerian Kesehatan Mengantisipasi hal ini, langkah terbaru Kemensos adalah dengan membentuk dua KSB di Kabupaten Lumajang di Lapangan Desa Bulurejo, Tempursari, Lumajang.
Hal itu tak lain karena potensi bencana di Kabupaten Lumajang sangat besar, yakni tsunami karena berada di jalur pantai selatan, dan erupsi gunung berapi dari Gunung Semeru.
Dalam satu kelompok KSB, terdapat sekitar 60 warga yang ditunjuk menjadi anggota KSB. Mereka dibekali sejumlah pelatihan mitigasi bencana, seperti pemetaan potensi bencana, pemetaan sumber daya, pelatihan dasar pertolongan pertama dan evakuasi, keposkoan, hingga dapur umum.
“Kami memberikan pelatihan teknik tentang kebencanaan, masyarakat membuat SOP (Standar Operasional Prosedur) sendiri sehingga mereka tahu dan terorganisasi siapa bagian evakuasi, siapa bagian dapur umum. Masing-masing punya koordinator sehingga jelas kalau ada bencana siapa berbuat apa,” ujar Kepala Sub Direktorat Kesiapsiagaan dan Mitigasi Kemensos, Iyan Kusmadiana.
Sebelumnya, KSB dan pembentukan Tagana Muda juga berlangsung di Banyuwangi. Dalam kesempatan tersebut telah dilakukan sosialisasi, pelatihan dan pembentukan KSB dan peningkatan kapasitas Tagana Muda.
“Mereka akan diperkenalkan pada peran dan fungsinya sebagai relawan KSB yang nanti akan terbagi dalam beberapa tim yakni tim Posko, Gardu sosial, Dapur Umun, Shelter, Evakuasi, tim reaksi cepat (TRC), dan Logistik (lumbung sosial),” ucap Fasilitator dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Twi Adi.
Sementara itu, instruktur dari Kemensos Ade Hermawan mengatakan bahwa dalam kegiatan ini peserta harus disamakan pola pikirnya.
“Mereka harus disamakan dulu mindset-nya bahwa setelah ini mereka akan jadi relawan kebencanaan dengan nama Kampung Siaga Bencana,” tuturnya.
Peserta juga diberikan materi terkait kebijakan Kemensos dalam rangka pengurangan resiko bencana. Hal ini disampaikan oleh Pekerja Sosial Madya Kementerian Sosial Edy Suwarna.
“KSB yang dibentuk dengan nama Jangkar Grindulu yang diambil dari nama sebuah sungai terbesar di Pacitan yang keanggotaannya melibatkan dua desa yakni Desa Kembang dan Desa Sernoboyo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan,” ujarnya.
[ad_2]