[ad_1]
Photo by Gabin Vallet on Unsplash
Michael Triangto mengatakan, sebenarnya berbagai jenis olahraga bagus untuk jantung dan tekanan darah, namun jika dipaksakan berpotensi menaikkan tekanan darah sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan kematian.
Oleh karena itu, penderita hipertensi harus memilih jenis olahraga yang sesuai. Sebab saat tubuh bergerak, jantung akan dipaksa berdenyut lebih kuat, dan menaikkan tekanan darah. Setelah selesai olahraga, denyut nadi akan berkurang, dengan demikian tekanan darah jadi lebih terkontrol.
Bagi penderita hipertensi, jenis olahraga yang dianjurkan adalah aerobik atau disebut juga kardio (kardiorespirasi). Olahraga ini memiliki gerakan berulang-ulang, intensitas ringan, dan waktu melakukannya panjang.
“Jalan cepat, joging, bersepeda, berenang; itu adalah jenis-jenis olahraga yang dapat digunakan untuk membantu mengontrol atau menurunkan tekanan darah yang tinggi,” jelas dr Michael dalam keterangan resminya.
Dia mengatakan bahwa untuk menentukan waktu olahraga bukan berdasarkan waktu pagi, siang, sore atau malam. Tapi yang harus diperhatikan adalah durasinya dan tidak membuat terasa terburu-buru.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan untuk berolahraga 150 menit per minggu atau dipecah menjadi 30 menit sehari. Durasi ini pun bisa dibagi lagi menjadi 10 menit di pagi hari, 10 menit pada sore, dan 10 menit di malam hari.
“Tapi untuk penderita hipertensi harus dibuat penyesuaian sesuai kemampuannya. Olahraga 30 menit itu tidak lama, tapi mungkin dia tidak sanggup. Kita lihat, kemampuannya berapa lama? Misalnya 15 menit tidak apa-apa, tapi naikkan secara bertahap,” papar dr Michael.
Untuk mencegah terjadinya masalah saat olahraga, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penderita hipertensi, seperti jangan melakukannya saat sakit kepala. Biasakan mengukur denyut nadi atau tekanan darah dengan alat tertentu, dan lihat catatannya di aplikasi ponsel atau pakai tensimeter digital.
Jika biasanya tekanan darah anda 120 lalu menjadi 160, jangan dulu berolahraga. Begitu juga dengan denyut nadi, jika biasanya 80-an, tapi menjadi 90-100, lebih baik tangguhkan dulu olahraganya dan konsultasi pada dokter.
“Konsultasi kan sekarang bisa via online. Jadi kita tahu kondisi kita bagaimana dan apakah layak untuk berolahraga. Jangan memaksakan diri,” kata dr Michael.
Selain memeriksa tekanan darah dan denyut nadi, penderita hipertensi juga harus rutin melakukan pencatatan. Dari catatan itu bisa dibuat grafiknya, apakah kondisinya jadi lebih baik.
[ad_2]