[ad_1]
Endometriosis adalah penyakit inflamasi yang ditandai dengan tumbuhnya jaringan abnormal yang menyerupai endometrium dan memicu reaksi peradangan. Penyakit ini biasanya disertai rasa nyeri yang sangat hebat dan bisa menyerang perempuan sejak usia remaja. Penanganan yang terlambat akan semakin memperparah kondisi pasien endometriosis. Oleh sebab itu, di bawah ini akan diulas cara pencegahan endometriosis pada remaja.
Endometriosis pada Remaja: Mitos yang Dibiarkan dan Berakibat Buruk
Tak sedikit perempuan di Indonesia yang menderita penyakit endometriosis. Penyakit ini biasanya menyebabkan nyeri hebat yang sering kambuh terutama ketika datang bulan. Nyeri kronis yang dirasakan saat haid bahkan sering kali menghambat produktivitas perempuan.
Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K), MPH, Dokter pendiri SMART IVF dan Wakil Direktur Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI) Universitas Indonesia mengatakan, studi di berbagai negara telah membuktikan bahwa penderita endometriosis sering kali menjadi tidak produktif setiap kali penyakit ini kambuh.
“Studi tentang endometriosis di berbagai negara menunjukan bahwa penderita endometriosis cenderung terpaksa izin atau tidak masuk sekolah maupun tempat bekerja akibat keluhan nyeri yang sangat hebat,” ungkapnya dalam acara konferensi pers virtual bertajuk “Peluncuran Kampanye ENDometriosis untuk Mempercepat Diagnosa dan Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien” pada Senin (14/6/2021).
Ia juga mengatakan bahwa penyakit ini membutuhkan komitmen panjang untuk pengobatan dan biaya yang besar. Hal ini dikarenakan diagnosis yang terlambat 7 hingga 10 tahun sejak gejala awal. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG(K), MPH mengatakan, hal ini karena adanya mitos seputar penyakit endometriosis. Rata-rata pasien telah merasakan gejala penyakit ini sejak masih usia remaja. Namun, ketika mengeluhkan rasa nyeri, banyak orangtua yang menganggap enteng hal tersebut.
Pendapat yang muncul sering kali adalah nyeri tersebut dianggap normal, akan menghilang dengan sendirinya ketika menikah, dan bisa sembuh hanya dengan minum obat anti nyeri. Jadi, yang menjadi fokus hanya soal bagaimana menghilangkan rasa nyeri, tetapi tidak ditelusuri penyebabnya.
Artikel terkait: Endometriosis, Penyakit yang Membuat Perempuan Sulit Punya Anak
3 Cara Membedakan Nyeri Haid dan Nyeri Endometriosis pada Remaja
Selain karena mitos seputar penyakit endometriosis, para remaja biasanya juga sulit membedakan antara nyeri haid biasa dan nyeri yang disebabkan oleh adanya endometriosis. Hal ini kemudian menyebabkan misdiagnosis atau keterlambatan diagnosis yang bisa mengakibatkan efek jangka panjang pada pasien endometriosis.
Prof. Wiweko mengatakan, ada 3 cara untuk mengenali apakah nyeri yang muncul setiap datang bulan disebabkan oleh nyeri haid biasa (dismenorea) atau karena endometriosis, yaitu:
1. Durasi Nyeri yang Dirasakan
Menurut Prof. Wiweko, nyeri pada saat haid adalah hal yang lumrah. Namun, biasanya hanya terjadi satu sampai dua hari. Jika lebih dari itu apalagi sampai mengganggu aktivitas normal, maka hal ini perlu diwaspadai. Nyeri yang diakibatkan oleh endometriosis biasanya terjadi bahkan sebelum, selama, dan sesudah haid.
“Kalau nyeri haid yang ditimbulkan oleh endometriosis umumnya bisa terjadi sebelum haid, dia sudah nyeri, pada saat haid makin nyeri, sepanjang haid dia nyeri, dan sesudah haid dia juga nyeri,” katanya.
Artikel terkait: Gejala Endometritis, infeksi rahim pasca melahirkan yang perlu diwaspadai
2. Mengganggu Aktivitas Sehari-hari
Selain lamanya rasa nyeri, ciri-ciri berikutnya terletak pada seberapa besar dampak dari rasa nyeri tersebut. Apakah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari atau tidak.
Nyeri yang disebabkan oleh haid umumnya tidak sampai mengganggu aktivitas perempuan. Pada siswa sekolah, biasanya saat nyeri haid datang, mereka masih bisa mengikuti pelajaran.
“Kata kunci keduanya adalah dia mengganggu rutinitas dan aktivitas. Karena nyeri haidnya luar biasa, pasien tidak bisa melakukan aktivitas yang normal,” kata Prof. Wiweko.
Tak hanya itu, biasanya nyeri yang disebabkan oleh penyakit endometriosis juga telah membentuk siklus. Jadi, tidak hanya terjadi sekali dua kali tetapi berulang dan biasanya berbarengan dengan datang bulan.
“Nyerinya ini sifatnya cyclic. Tidak timbul sewaktu-waktu tetapi rutin dan terkait dengan haid,” tambahnya.
Artikel terkait: Waspada Endometriosis! Penyebab Nyeri Haid Tak Normal yang Ganggu Kesuburan
3. Disertai Nyeri yang Lain
Berbeda dengan nyeri haid, nyeri yang disebabkan oleh endometriosis sering kali disertai dengan nyeri pada area tubuh lainnya. Oleh sebab itu, perlu diamati apakah muncul gejala nyeri di bagian tubuh yang lain seperti nyeri saat buang air kecil atau buang air besar.
“Nyeri haidnya sering ditemani dengan nyeri-nyeri yang lain, yaitu nyeri saat hubungan seksual, nyeri saat buang air kecil, atau nyeri saat buang air besar terutama pada saat siklus haid. Nah, ini yang harus dipahami betul oleh remaja,” terang Prof. Wiweko.
Hidup dengan penyakit endometriosis adalah hidup dengan rasa sakit. Oleh sebab itu, perlu deteksi sejak dini untuk mengetahui gejala endometriosis pada remaja. Jangan sampai terlambat ditangani sehingga keluhan semakin kronis. Semoga informasi di atas bisa membuat kita semakin waspada, ya, Parents.
Baca juga:
Tersiksa nyeri karena endometriosis? Ini 9 cara untuk mengurangi gejalanya!
Pengakuan Seorang Istri “Beginilah Rasanya Hidup dengan Endometriosis”
Sakit saat berhubungan seksual karena endometriosis? Coba tips ini!
[ad_2]