[ad_1]
SuaraPemerintah.id – Pertamina melalui Sub Holding Commercial & Trading siap menambah 76 titik BBM Satu Harga di tahun ini, untuk mewujudkan energi berkeadilan.
Per 17 Mei 2021, pertamina telah melakukan uji operasi di 26 titik BBM Satu Harga yang baru. Hal itu berarti hingga saat ini, terdapat 269 titik BBM Satu Harga yang siap melayani masyarakat.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), Putut Andriatno, mengatakan BBM Satu Harga merupakan komitmen Pertamina dalam mewujudkan pemerataan energi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Hadirnya BBM Satu Harga diharapkan dapat mempermudah akses energi dan harga yang terjangkau sehingga dapat mendorong produktivitas dan pertumbuhan ekonomi daerah,” ujar Putut, dalam keterangan tertulis, pada Rabu (19/5/2021) malam.
Menurut dia, selama pandemi Pertamina terus bergerak mendorong percepatan pembangunan titik BBM Satu Harga. “Koordinasi dan survei untuk titik target BBM Satu Harga juga terus kami lakukan agar target kami 500 titik BBM Satu Harga di tahun 2024 dapat tercapai,” kata Putut.
Jadi Salah Satu Target Pembunuhan, Begini Tanggapan Wiranto Sejak 2017, lanjutnya, BBM Satu Harga hadir bagi masyarakat Indonesia di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).
Sudah sejak saat itu pula, BBM Satu Harga telah memberikan akses energi dengan harga yang sama dengan di kota sehingga masyarakat tidak lagi khawatir perlu membeli bahan bakar minyak (BBM), khususnya Penugasan Premium dan Solar Subsidi dengan harga selangit.
Sampai 2020, Pertamina telah melaksanakan amanah pemerintah dengan mengoperasikan sebanyak 243 titik BBM Satu Harga yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sebelumnya, harga Penugasan Premium dan Solar Subsidi di 243 titik ini beragam mulai dari Rp 8.000 per liter hingga Rp 100.000 per liter di Indonesia timur. Putut menjelaskan, dalam menyalurkan energi ke titik BBM Satu Harga, Pertamina menggunakan seluruh moda transportasi yang paling optimal baik darat, udara, laut atau sungai maupun kombinasi dari seluruh moda tersebut.
Manajemen penyaluran energi sangat diperhatikan sebagai antisipasi agar energi di BBM Satu Harga selalu tersedia.
Selain kondisi geografis yang beragam, waktu tempuh yang lama juga menjadi tantangan tersendiri dalam proses distribusi. Wilayah 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar) memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Pengiriman BBM di Ilaga, Papua, harus menggunakan pesawat air tractor yang mengangkut 2.500 liter sekali jalan, karena lokasinya berada di ketinggian 2.280 meter dari permukaan laut.
Penggunaan jalur udara juga dilakukan sebelum menggunakan jalur darat untuk mendistribusikan BBM di Krayan dan Semaring, Kalimantan Utara, yang terletak di perbatasan Malaysia.
Sementara itu di Paniai, Papua, awak mobil tangki harus melewati medan berat sejauh 300 kilometer dan menyeberang ke Dermaga Obano. Dibutuhkan waktu 13 jam perjalanan jika cuaca sedang bersahabat. Jarak tempuh yang panjang dan lama juga ditemui dalam distribusi di Mentawai, Sumatera Barat.
Kondisi laut dan cuaca sangat menentukan waktu tempuh sekitar 12-18 jam agar BBM bisa sampai dan dinikmati masyarakat Kecamatan Tuapejat. Kondisi berat dan penuh tantangan ini tak membuat Pertamina surut.
“Kami akan terus melanjutkan amanah ini. Tugas Pertamina adalah memastikan ketersediaan dan akses energi yang terjangkau bagi masyarakat. Pertamina adalah energi untuk melayani,” ungkap Putut.
[ad_2]