[ad_1]
Sama seperti daerah lain yang ada di Indonesia, masyarakat yang ada di Pulau Bali juga memiliki busana tradisional. Udeng adalah bagian dari busana tradisional Bali yang digunakan oleh kaum pria. Umumnya, ikat kepala ini dikenakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan, baik kalangan bangsawan ataupun orang biasa. Digunakan oleh anak-anak sampai orang yang sudah tua.
Udeng dibuat dari kain berukuran panjang. Panjangnya kurang lebih setengah meter. Pembuatan ikat kepala ini membutuhkan keahlian tersendiri sehingga sangat umum diproduksi pada daerah tertentu. Pengrajin udeng biasanya banyak berlokasi di daerah Karangasem. Salah satu desa yang cukup terkenal adalah Desa Sidemen.
Artikel terkait: Sejarah dan Filosofi Tari Tradisional Bali, Yuk Kenalkan pada Anak
Ketika datang ke desa ini, Parents dapat menemukan udeng dalam berbagai motif, mulai dari polos, batik, ornamen metalik serta corak lain yang lebih modern. Udeng memiliki bentuk asimetris bilateral dengan sisi sebelah kanan lebih tinggi dibandingkan dengan sisi kiri. Bentuk asimetris ini punya makna filosofis setiap orang harus berusaha melakukan kebaikan.
Kaum pria yang ada di Bali menggunakan udeng dalam melakukan berbagai aktivitas keseharian mereka. Masyarakat menggunakannya dalam berbagai pertemuan informal, pertemuan formal sampai dengan ritual ibadah dan upacara keagamaan. Ketika sedang beribadah di pura, ikat kepala ini digunakan untuk mencegah rambut rontok yang bisa melanggar kesucian pura. Udeng yang digunakan ketika beribadat biasanya berwarna putih polos.
6 Fakta Menarik tentang Ikat Kepala Khas Bali
1. Bukan Ikat Kepala Biasa
Udeng tidak bisa digunakan secara sembarangan. Kaum pria yang ada di Bali biasanya menggunakannya ketika bersembahyang ke pura dan menghadiri acara-acara bersifat adat atau keagamaan saja. Dalam penggunaannya, udeng harus digunakan dengan benar, di mana melingkar pada bagian dahi dan belakang kepala dengan ujung ikatan ada di depan.
2. Mengandung Makna Ngiket Manah
Udeng dengan ikatan di tengah ini memiliki simbol “ngiket manah” atau bisa diartikan sebagai pemusatan pikiran. Bagian ujung yang menghadap ke atas melambangkan agar pikiran senantiasa lurus ke atas (Tuhan Yang Maha Esa). Untuk 2 lekukan yang tidak simetris dengan sisi kanan lebih tinggi dari sisi kiri, itu bisa diartikan sebagai orang yang lebih banyak melakukan Dharma (hal baik) daripada Adharma (hal buruk).
Artikel terkait: Kenali Fungsi dan Filosofinya, Ini 9 Jenis Rumah Adat Bali
3. Motif Berbeda pada Setiap Acara
Ikat kepala ini memiliki beberapa motif antara lain putih polos, endek, batik dan songket. Setiap motif memiliki makna yang berbeda.
- Putih polos bermakna kesucian dan digunakan ketika melakukan persembahyangan
- Endek dan batik biasanya digunakan ketika upacara yang bersifat adat
- Udeng songket biasanya digunakan ketika acara pernikahan oleh pengantin pria dan acara yang sifatnya formal.
4. Dibagi Menjadi 3 Model
Berdasarkan model bentuknya, ikat kepala khas Bali ini terbagi menjadi 3 jenis, di antaranya:
- Udeng Jejateran digunakan untuk persembahyangan dengan simpul hidup pada bagian depan (di sela-sela mata) sebagai simbol cundamani atau mata ketiga.
- Udeng Dara Kapa biasanya ditujukan untuk pemimpin dengan tambahan penutup kepala simbol pelindung masyarakat.
- Udeng Beblatukan, ditujukan untuk Pemangku (pemimpin upacara) dengan simpul pada bagian belakang dan ikatan yang menghadap ke bawah sebagai simbol selalu mendahulukan kepentingan umum dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
Artikel terkait: 5 Panggilan untuk Ayah dalam Bahasa Bali, Mana yang Parents Tahu?
5. Berupa Lembaran Tinggal Pakai
Pada jaman dulu, ikat kepala ini hanya berupa kain lembaran sehingga membutuhkan sedikit waktu di dalam pemakaiannya serta teknik khusus agar ikat kepala ini bisa tampak rapi di kepala. Berbeda dengan saat ini tersedia udeng dengan desain setengah jadi dan tinggal ikat serta desain jadi yang tinggal pakai. Harganya sangat beragam mulai dari Rp 50.000 sampai dengan Rp 150.000
6. Menjadi Favorit Wisatawan
Ikat kepala khas Bali ini disukai oleh wisatawan asing dan dibawa pulang ke negara masing-masing. Kini, udeng bukan hanya digunakan dalam keseharian masyarakat Bali saja. Ikat kepala khas ini juga diizinkan untuk digunakan wisatawan. Ada beberapa desa di Bali yang menjadi sentra bisnis lokal dengan produksi udeng sebagai souvenir atau oleh-oleh khas Bali.
Mudah untuk mendapatkannya karena banyak toko di sekitaran Bali yang menjual produk daerah ini dengan berbagai bentuk, warna dan corak. Ada yang dalam bentuk langsung pakai dan ada juga yang harus diikat lebih dulu. Parents tertarik membeli Udeng?
Baca juga:
5 Ritual atau Tradisi Kehamilan di Berbagai Daerah Indonesia
9 Referensi Permainan Tradisional Khas Sunda untuk Anak, Seru dan Menghibur!
Ondel-ondel, Boneka Raksasa Asal Betawi Ikon Kota Jakarta
[ad_2]