[ad_1]
Jakarta, Bumntrack.co.id – Sepanjang tahun 2020, PT Pertamina (Persero) melakukan implementasi transformasi, efisiensi, dan akuntabilitas secara konsisten sebagai upaya menghadapi triple shock. Dengan fundamental yang baik, memasuki 2021 Pertamina mengakselerasi kinerja operasional 20 persen lebih tinggi dari target pertumbuhan. Pertamina menetapkan anggaran belanja modal perusahaan (Capital Expenditure/Capex) mencapai USD10,7 miliar pada tahun 2021 atau dua kali lipat dari prognosa realisasi Capex tahun lalu yang senilai USD4,7 miliar.
“Dari total USD 10,7 miliar, 46 persen bagian tersebut akan didedikasikan untuk kegiatan hulu migas sebagai upaya memastikan peningkatan produksi serta cadangan migas sehingga dapat berdampak pada penurunan impor minyak mentah nasional. Sekitar 36 persen lainnya akan dialokasikan untuk melanjutkan pengembangan kilang & petrokimia, sedangkan 18 persen akan diserap untuk kegiatan bisnis lainnya, termasuk melanjutkan pengembangan energi baru dan terbarukan,” kata Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (13/4).
Melalui Capex mencapai USD10 miliar tersebut dipastikan rencana kerja operasional di 2021 pun dapat berjalan dengan baik, diantaranya untuk mencapai target produksi migas dari lapangan Pertamina di dalam maupun luar negeri. Di samping itu, penambahan cadangan Migas pun ditargetkan mencapai 696 MMBOE atau hampir empat kali lipat dari target penambahan cadangan tahun lalu. Dalam rangka mencari cadangan migas potensial, tahun lalu Pertamina telah menyelesaikan marine survey seismik 2D lebih dari 31 ribu km yang merupakan survey seismik terpanjang se-Asia Australia dalam 10 tahun terakhir.
Dalam rangka pemenuhan energi nasional, Pertamina terus menggenjot kegiatan pengolahan, terutama produksi BBM yang lebih berkualitas dan lebih ramah lingkungan. Kilang langit biru yang telah beroperasi lebih dari satu tahun telah terbukti dapat meningkatkan produksi BBM jenis Pertamax sehingga menurunkan impor mencapai USD 700 juta per tahun. Karenanya Pertamina konsisten meneruskan pembangunan kilang melalui proyek RDMP dan GRR, serta pararel menyelesaikan pembangunan green refinery dan industri petrokimia di beberapa kilang.
“Di sektor hilir, Pertamina menargetkan volume penjualan BBM naik 12 persen dari tahun lalu. Disamping fokus pada penugasan BBM 1 Harga di 76 titik daerah 3T, keberadaan Pertashop di 10.000 lokasi dan Outlet LPG di 66.691 desa/kelurahan juga akan dipastikan terealisasi di tahun ini. Semua dalam rangka memastikan energi tersalurkan sampai ke pelosok negeri,” tegas Agus.
Sedangkan untuk distribusi gas ditargetkan mencapai 392 ribu BBTU dan transmisi gas sebesar 502 BSCF melalui pembangunan jaringan pipa gas, termasuk infrastruktur jargas 500 ribu sambungan rumah tangga. Untuk pengembangan clean energy menuju transisi energi masa depan, pada tahun 2021 Pertamina menargetkan produksi listrik sebesar 4,5 ribu GwH melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg). Pertamina juga melanjutkan peran dalam ekosistem baterai Electric Vehicle serta pengembangan DME.
“Meskipun tahun 2021 masih terdapat tantangan berat dari dampak pandemi, namun dengan Capex tersebut, selain memastikan proyek strategis nasional selesai tepat waktu, Pertamina juga dapat mendukung penggunaan TKDN, penyerapan tenaga kerja dan sektor lainnya yang pada akhirnya turut menggerakkan roda perekonomian di Indonesia,” pungkas Agus.
[ad_2]