Hotline Redaksi: 0817-21-7070 (WA/Telegram)
Headline

Mahfud MD Akan Datang ke Ulang Tahun Bangkalan ke 492?

329
×

Mahfud MD Akan Datang ke Ulang Tahun Bangkalan ke 492?

Sebarkan artikel ini
Mahfud MD Akan Datang ke Ulang Tahun Bangkalan ke 492?

Suara-Pembaruan.com — Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Bangkalan ke 492 yang jatuh pada tanggal 24 Oktober ini menjadi menarik. Kota Dzikir dan Sholawat ini juga disebut akan ada penyelenggaraan karapan sapi.

Mahfud MD  yang merupakan pria kelahiran Sampang pada 13 Mei 1957, kabarnya juga akan menikmati acara pacuan atau karapan sapi itu.

Benarkah?

Jadwal Mahfud semenjak jadi kandidat cawapres semakin padat saja, padahal sebelumnya Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud Mahmodin, S.H., S.U., M.I.P., yang dikenal dengan nama Mahfud MD saat berbincang dengan SS Budi Raharjo ketua Asosiasi Media Digital Indonesia, tertarik untuk hadir ke HUT Bangkalan, Madura.

“Ya, saya usahakan hadir, jika waktunya saya pas,” ujar Mahfud MD yang memang punya ikatan emosional dengan Madura dan momen semacam karapan sapi. Jarak antara kota bangkalan dan sampang kurang lebih 66 km.

Kabupaten Bangkalan ini terletak di ujung paling barat Pulau Madura; berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Sampang di timur serta Selat Madura di selatan dan barat.

Pelabuhan Kamal merupakan pintu gerbang Madura dari Jawa, serta terdapat layanan kapal feri yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (Pelabuhan Ujung).

Saat ini telah beroperasi Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia. Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertosusila.

Kabupaten Bangkalan terdiri atas 18 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 273 desa dan 8 kelurahan. Pusat pemerintahannya berada di Kecamatan Bangkalan.

Sejak diresmikannya Jembatan Suramadu, Kabupaten Bangkalan menjadi gerbang utama Pulau Madura serta menjadi salah satu destinasi wisata pilihan di Jawa Timur, baik dari keindahan alamnya (Bukit Jaddih, Gunung Geger, Pemandian Sumber Bening -Langkap–Modung dsb); budaya (Karapan sapi, dsb), serta wisata kuliner di antaranya adalah nasi bebek khas Madura.

Pulau Madura

Pulau Madura terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa dan memiliki luas wilayah sekitar 5.379 km2, lebih dari delapan kali lipat luas Provinsi DKI Jakarta. Pulau ini memiliki populasi penduduk yang cukup besar, mencapai lebih dari 4 juta jiwa pada tahun 2023.

Wilayah kepulauan dan perairan di sekitarnya terkenal sebagai daerah penghasil minyak bumi dan gas alam di Provinsi Jawa Timur. Pulau Madura juga dikenal sebagai produsen garam terbesar di Indonesia, sehingga dikenal sebagai “Pulau Garam.”

Akses ke Pulau Madura

Pulau Madura dapat diakses melalui Jembatan Nasional Suramadu, yang merupakan pintu masuk utama ke pulau tersebut.

Selain itu, pulau ini dapat dicapai melalui jalur laut, dengan pelabuhan utama seperti Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di Bangkalan.

Ada juga alternatif lain melalui Pelabuhan Jangkar di Situbondo menuju Pelabuhan Kalianget di Sumenep, yang terletak di ujung timur Pulau Madura.

Selain jalur darat dan laut, kini telah ada pintu masuk melalui udara dengan dibukanya Bandar Udara Trunojoyo (SUP) pada tahun 2022 oleh Presiden Joko Widodo di Kabupaten Sumenep.

Keanekaragaman Etnis di Madura

Pulau Madura didominasi oleh etnis suku Madura, yang juga menyebar di pulau-pulau sekitarnya seperti Bawean, Mandangin, Gili Raja, Gili Genting, Poteran, Gili Iyang, Sapudi, Ra’as, Kepulauan Masalembu, dan Kepulauan Kangean.

Pulau ini juga dihuni oleh beberapa etnis pendatang seperti Jawa, Bugis, Tionghoa, Arab, Banjar, Sunda, Melayu, dan lainnya.

Orang Madura dikenal dengan gaya bicaranya yang keras dan blak-blakan, namun juga dikenal sebagai masyarakat yang hemat, disiplin, dan pekerja keras.

Harga diri memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Madura, tercermin dalam falsafah mereka yang menyatakan “lebih baik mati daripada harus menanggung malu.”

Sejarah Pulau Madura

Sejarah pulau Madura dimulai sejak abad ke-13 ketika Arya Wiraraja menjadi Adipati pertama di Madura. Pulau ini sebelumnya bersatu dengan tanah Jawa, menunjukkan ikatan budaya antara orang Madura dan orang Jawa.

Sejak abad ke-16, Madura pernah bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa, seperti Demak, Gresik, dan Surabaya.

Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram, dan kemudian menjadi wilayah kolonial Belanda. Pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari Provinsi Jawa Timur.

Pulau Madura memiliki kondisi geografis dengan topografi datar di bagian selatan dan cenderung mendatar ke arah utara.

Hal ini menciptakan tantangan dalam ketersediaan tanah pertanian yang subur. Pulau ini secara geologis adalah kelanjutan dari bagian utara Jawa, dengan bukit-bukit kapur yang lebih rendah daripada di Jawa.

Pulau Madura terbagi menjadi empat kabupaten: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep, yang memiliki populasi lebih dari 12 juta jiwa pada tahun 2023.

Pulau Madura adalah sebuah pulau yang kaya akan sejarah, budaya, dan sumber daya alam yang unik.

Penunjukan Mahfud MD sebagai Cawapres dalam Pilpres 2024 memberikan pengakuan yang sangat penting bagi pulau ini dan menjadi tonggak sejarah baru dalam konteks politik Indonesia.

Mahfud MD menikah dengan Zaizatun Nihayati pada tahun 1982 dan dikaruniai tiga orang anak: Vina Amalia, Mohammad Ikhwan Zein, dan Royhan Akbar. Selain menjadi seorang politisi, ia juga dikenal sebagai seorang intelektual yang sangat dihormati di Indonesia.

Sosok ahli hukum Tata Negara dan mendapatkan gelar profesor di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Sebagai seorang ahli hukum Tata Negara, Mahfud MD pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Indonesia.

Selama mengepalai MK, ia dikenal karena ketegasannya dan ketidakterlibatannya dalam kompromi.

Selain pengalaman di MK, Mahfud MD juga pernah menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan memiliki pengalaman dalam pemerintahan, termasuk jabatan Menteri Pertahanan pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) pada periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *